Pendahuluan
Dhammayatra dipahami sebagai berkunjung ke tempat-tempat yang berhubungan dengan Dhamma atau lebih dikenal sebagai Wisata Dhamma. Melakukan kunjungan ke tempat-tempat Buddhis bukan hanya sekadar rekreasi tetapi juga merupakan kunjungan yang memberikan banyak pengalaman dan pengetahuan.
Manfaat Dharmayatra
Dalam Mahāparinibbāna Sutta, Sang Buddha memberikan nasihat tentang empat tempat yang seyogyanya dikunjungi oleh umat yang penuh dengan keyakinan, yaitu tempat di mana Bodhisatta di lahirkan, tempat di mana Sang Buddha mencapai pencerahan sempurna, tempat di mana khotbah pertama dibabarkan, dan tempat di mana Sang Buddha parinibbāna.
Lebih lanjut Sang Buddha mengatakan bahwa bagi mereka yang berkeyakinan kuat melakukan kunjungan ke tempat-tempat tersebut maka setelah meninggal dunia ia akan terlahirkan di alam surga.
Tempat-tempat Berdharmayatra
Tempat-tempat untuk berdharmayatra sebenarnya adalah tempat-tempat yang berkaitan dengan Dharma. Intinya untuk meningkatkan keyakinan setelah berkunjung ke tempat-tempat suci. Namun kalau kita merujuk pada Mahāparinibbāna Sutta,tempat-tempat yang harus diprioritaskan adalah empat tempat yang berkaitan dengan Sang Buddha. Empat tempat tersebut antara lain:
1. Lumbini
Diceritakan bodhisatta Siddhatta dilahirkan di taman lumbini ketika ibunya, Ratu Mahamaya, sedang menempuh perjalan menuju kampung halamannya untuk melahirkan puteranya sebagaimana tradisi-tradisi yang ada di sana. Namun setengah perjalanannya, ia singgah di taman yang indah yang dikenal sebagai Lumbini. Akhirnya ia memutuskan untuk melahirkan di sana di bawah dua pohon sala.
Lumbini, tempat dilahirkannya bodhisatta, dianjurkan oleh Sang Buddha untuk dikunjungi. Sekarang Lumbini dikenal dengan sebutan Rummindei di Nepal. Di zaman bertahtanya Raja Asoka, setelah Raja pindah menjadi Buddhis setelah bertemu dengan samanera Nigroda, Raja Asoka berperan penting dalam penyebaran Buddhisme. Selain itu dikatakan ia membangun delapan puluh empat ribu stupa. Dia juga mendirikan pilar-pilar untuk menandai tempat di mana peristiwa-peristiwa penting terjadi. Ia juga mendirikan pilar Asoka di lumbini untuk memberi tanda di mana Bodhisatta dilahirkan. Pilar tersebut kira-kira setinggi dua puluh dua kaki. Dan tidak jauh dari sana terdapat pula vihara kecil yang bernama Vihara Mayadevi yang didirikan sebagai bentuk penghormatan kepada Ratu Mahamaya yang telah berjasa besar melahirkan Bodhisatta.
2. Bodhgaya
Tempat di mana Petapa Gotama mencapai Buddha dikenal sebagai Bodhgaya. Setelah enam tahun menjalani praktik penyiksaan diri dan belajar dari guru-gurunya, petapa Gotama merasa ini bukanlah jalannya. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan praktik kepertapaan keras dan menjalani kepertapaan dengan jalannya sendiri. Tidak jauh dengan sungai Neranjara ia duduk di bawah pohon bodhi dan bertarung melawan mara yang menggodanya dengan berbagai macam kekuatan, ia berhasil melampaui semua godaan dan mecapai kebuddhaan dengan usahanya sendiri dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang dikenal sebagai jalan tengah (majjhima patipada).
Tempat ini sekarang dikenal sebagai Bodhgaya. Di sini terdapat vihara besar dengan bangunan yang menjulang setinggi lima puluh dua meter yang dikenal sebagai Vihara Mahabodhi. Di sini juga terdapat pohon bodhi yang besar yang diyakini keturunan dari pohon bodhi di mana petapa Gotama mencapai penerangan sempurna.
3. Taman Rusa Isipatana
Tempat diputarnya roda Dhamma untuk yang pertama kalinya adalah di Taman Rusa Isipatana. Pada awalnya Sang Buddha ragu untuk membabarkan Dhamma yang telah beliau temukan karena Dhamma ini begitu dalam dan tidak mudah untuk dipahami bagi orang-orang yang tertutup tebal dengan kekotoran batin. Namun setelah Brahma Sahampati datang memohonnya untuk membabarkan Dhamma, akhirnya Sang Buddha memutuskan untuk membabarkan Dhamma. Khotbah yang pertama kali beliau sampaikan adalah Dhammcakkapavattana Sutta yang berisi tentang mengindari dua jalan ekstrim, jalan tengah, dan empat kebenaran mulia kepada lima orang pertapa yang pernah menemaninya ketika praktik kepertapaan keras.
Peristiwa penting yang terjadi di Taman Rusa Isipatana adalah terbentuknya sangha bhikkhu untuk yang pertama kalinya. Lima pertama tersebut akhirnya menjadi bhikkhu di bawah bimbingan Sang Buddha dan pada saat itu Tiratana menjadi lengkap – Buddha, Dhamm, dan Sangha.
Taman Rusa Isipatana sekarang dikenal kota Sarnath. Raja Asoka juga mendirikan stupa dan pilar di sini. Stupa itu bernama Stupa Dhamekh atau Dhammacakka. Terdapat pula vihara yang dikenal dengan nama Mulagadhakuti. Pilar Asoka yang berdiri gagah di sini bermakotakan empat patung singa dan roda Dharma yang menghiasi landasan di mana singa berdiri. Lambang singa biasanya digunakan untuk menggambarkan Sang Buddha.
4. Kusinara
Tempat di mana Sang Buddha mencapai parinibbana akhir adalah di Kusinara. Mahāparinibbāna Sutta menjelaskan kronologi sebelum kemangkatannya. Sutta ini juga merupakan khotbah terakhir yang disampaikannya. Setelah empat puluh lima tahun mengembara membabarkan Dhamma demi manfaat para dewa dan manusia, di usianya yang ke delapan puluh, Sang Buddha memutuskan untuk mangkat di bawah dua pohon sala mencapai parinibbāna.
Tempat ini dikenal sebagai Kusinara atau Kushinagar. Di sini terdapat sebuah cetiya yang sekarang hanya tinggal puing-puingnya saja. Orang-orang menyebutnya sebagai Cetiya Makutabhandana atau Stupa Rambhar. Ini adalah tempat di mana jenazah Sang Buddha dikremasi dan setelah itu relik-relik yang tersisa dibagikan kepada raja-raja untuk didirikan stupa.
Tempat-tempat untuk berdharmayatra yang lain bisa berkunjung ke candi-candi Buddhis yang terdapat di Indonesia. Negara kita juga memiliki kekayaan dalam bentuk situs-situs Buddhis yang merupakan peninggalan nenek moyang sebagai wujud keyakinan mereka dan betapa agungnya Buddhisme ketika berjaya di tanah Indonesia.
Candi-candi Buddhis yang terdapat di Indonesia antara lain:
Candi Borobudur
Candi Mendut
Candi Sewu
Candi Ngawen
Candi Lumbung
Candi Banyunibo
Kompleks Percandian Batujaya
Candi Muara Takus
Candi Sumberawan
Candi Brahu
Bagi yang ingin menikmati perjalanan dan petualangan ke situs-situs Buddhis di luar Indonesia, negara-negara Buddhis umumnya mempunyai situs-situs peninggalan bersejarah yang ada kaitannya dengan Buddhisme.
Sebagai contohnya di Sri Lanka, kita bisa menjumpai ratusan situs Buddhis yang menyimpan sejarah yang sangat berharga dalam perkembangan Buddhisme. Sebagai contohnya:
Anurādhapura
Mihintale
Polonnaruwa
Dimbulāgala
Kandy
Matale
Sigiriya
Dll.
Kesimpulan
Dharmayatra adalah kegiatan mengunjungi situs-situs Buddhis dengan tujuan untuk meningkatkan keyakinan, memperoleh pengetahuan, dan pengalaman yang menyenangkan karena selain berekreasi, seseorang bisa menambah pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan Buddhisme. Tempat yang menjadi prioritas adalah empat tempat yang menandai peristiwa-peristiwa penting dari kehidupan Sang Buddha.