Wednesday, April 5, 2017

Raja Asoka dan Kontribusinya terhadap Buddhisme

0 comments
Pedahuluan
Abad ketiga sebelum masehi adalah periode di mana Buddhisme berhadapan dengan masalah tetapi juga merupakan periode di mana Buddhisme mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perpecahan Sangha yang terjadi setelah konsili kedua membuat Buddhisme memiliki banyak cabang. Bahkan sebelum diadakannya konsili ketiga, Buddhisme telah memiliki delapan belas sekte. Di abad ketiga konsili kembali diadakan dengan alasan untuk membersihkan Buddhisme dari pandangan-pandangan heretik oleh bhikkhu-bhikkhu palsu. Raja Asoka memiliki kontribusi besar dalam konsili ini. Bahkan setelah diadakannya konsili ini, berkat bantuan Raja Asoka, Buddhisme menyebar ke beberapa wilayah baik di India maupun di luar India.

Raja Asoka dan Kontribusinya terhadap Buddhisme
Dikisahkan bahwa Raja Asoka dulunya adalah orang yang sangat kejam. Makanya ia dikenal sebagai Caṇḍāsoka. Dia naik tahta setelah membunuh saudara-saudaranya. Ayahnya, Bindusāra, memiliki seratus putra dari ibu yang berbeda-beda. Asoka membunuh sembilan puluh sembilan saudaranya. Dia juga telah membunuh ribuan orang saat perang Kalinga. Dikatakan 100.000 orang dibunuh dan 150.000 dipenjara. Setelah melihat mayat-mayat yang berserakan dengan darah di mana-mana ia menjadi jijik dan tidak senang. Ketika ia sedang di istana ia melihat samanera  Nigroda yang sedang berjalan dengan tenang menyebrangi kebun istana. Lalu ia meminta pembantunya untuk memanggilnya ke dalam istana. Raja melayaninya dengan berbagai makanan keras dan lunak. Setelah itu mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai ajaran Sang Buddha. Setelah mendengar nasihat dari samanera tentang appamādavagga, Raja Asoka menjadi sadar dan akhirnya ia pindah menjadi Buddhis.

Ia kemudian mendukung semua keperluan para bhikkhu. Ketika ia bertanya berapa banyak ajaran Buddha kepada Bhikkhu Moggaliputtatissa, bhikkhu itu menjawabnya terdapat delapan puluh empat ribu Dhammakkhandha. Raja kemudian membangun stupa yang jumlahnya delapan puluh empat ribu untuk menghormati setiap Dhammakkhandha. 

Karena banyak bhikkhu-bhikkhu palsu yang masuk ke dalam komunitas Sangha, ia mendukung Bhikkhu Moggaliputtatissa untuk mengadakan konsili ketiga. Dikatakan para bhikkhu yang memegang pada jawaban heretik akhirnya diminta lepas jubah dan Raja Asoka menyediakan pakaian dan pekerjaan untuk mereka. Terdapat enam puluh ribu bhikkhu heretik yang akhirnya lepas jubah. Setelah itu diadakan konsili oleh para bhikkhu thera. Di akhir konsili Raja Asoka berkehendak untuk mengirim para misionaris untuk menyebarkan Dhamma ke seluruh penjuru. Atas petunjuk dari Bhikkhu Mogaliputtatissa Thera, Raja Asoka mengutus bhikkhu-bhikkhu misionaris ke sembilan tempat. Kitab Mahāvaṃsa memberikan detail tentang nama-nama para bhikkhu yang diutus dengan nama-nama tempatnya sebagai berikut:
  1. Kashmir oleh Bhikkhu Majjhantika Thera
  2. Mahisamandala, oleh Bhikkhu Mahādeva Thera
  3. Vanavasi oleh Bhikkhu Rakkhita Thera
  4. Aparantaka oleh Bhikkhu Yona-Dhammarakkhita Thera 
  5. Maharattha oleh Bhikkhu Dhammarakkhita Thera 
  6. Yonaloka oleh Bhikkhu Maharakkhita Thera  
  7. Himavanta oleh Bhikkhu Majjhima Thera
  8. Suvannabhūmi oleh Bhikkhu Sona dan Bhikkhu Uttara Thera
  9. Thambapanni Sīhala Dīpa oleh Bhikkhu Mahinda Thera dengan empat bhikkhu (Itthiya Thera, Uttiya Thera, Sambala Thera, Bhaddasala Thera), satu samanera (Samanera Sumana), dan umat awam (upasaka Bhanduka) (Mhv. XII).

Misi ini terbukti berhasil karena setelah Buddhisme mulai hilang di tanah sendiri, Buddhisme masih di kenal di negara-negara lain. Sri Lanka adalah salah satu bentuk keberhasilan dari misi ini. Bhikkhu Mahinda Thera yang dikirim ke Sri Lanka berhasil membuat Sri Lanka menjadi negara Buddhis. Perkembangan Kanon Pali dan kitab-kitab komentarnya terjadi di Sri Lanka. 

Kesimpulan
Walaupun memiliki latar belakang yang tidak baik, namun setelah pindah menjadi Buddhis Raja Asoka berubah total. Dia memimpin kerajaan berdasarkan nilai-nilai Dhamma. Dia berkontribusi besar kepada Buddhisme dalam bentuk dukungannya membangun stupa-stupa, mendukung konsili dalam pemurnian Buddhasasana dari bhikkhu-bhikkhu heretik, dan mendukung penyebaran Buddhisme ke berbagai negara.

Referensi:
Mahāvaṃsa: The Great Chronicle of Ceylon. Trans. Wilhelm Geiger. Nedimala: Buddhist Cultural Centre. 2014.

No comments:

Post a Comment