Wednesday, June 5, 2019

Etika Berbicara

2 comments

Sebenarnya, apa yang seseorang bicarakan adalah apa yang ada di dalam pikirannya. Seperti apa isi yang ia bicarakan, sesungguhnya itu adalah kepribadiannya. Ketika seseorang selalu berbicara kasar, sering menfitnah, mencaci maki, atau berbohong, sesungguhnya itu semuanya adalah kualitas dirinya. Apa yang seseorang pikirkan, itulah yang akan ia ucapkan. Pikiran-pikiran yang kotor membuat seseorang selalu berbicara kotor. Sebaliknya, pikiran-pikiran yang bersih membuat seseorang berbicara yang baik-baik. 

Dalam kehidupan sehari-hari, berbicara adalah kebutuhan yang sulit ditinggalkan. Setiap harinya manusia berbicara dengan satu sama lain untuk menyampaikan sesuatu, bertukar informasi, atau keperluan-keperluan lainnya. Di satu sisi, berbicara memang sangat membantu dan bermanfaat. Contohnya seperti bertukar sapa, bertukar informasi, atau memberikan nasihat-nasihat positif. Namun di sisi yang lain, berbicara juga bisa merugikan diri sendiri atau orang lain. Seperti berbicara bohong, menfitnah, atau mencacimaki orang lain. 

Lisan ini ibarat pisau yang tajam. Bisa bermanfaat bila digunakan untuk hal-hal yang positif. Namun juga bisa merugikan jika digunakan untuk hal-hal yang negatif. Dalam hal berbicara juga demikian. Kalau kita menggunakan lisan kita untuk berkata-kata yang baik, lisan kita ibarat pisau yang digunakan dengan tepat sehingga dapat memberikan manfaat. Namun apabila kita menggunakan lisan kita untuk berkata-kata yang buruk-buruk, lisan kita ibarat pisau yang digunakan dengan cara yang salah, sehingga melukai diri sendiri atau orang lain.

Meskipun berbicara adalah hal yang sederhana dan tidak membutuhkan tenaga yang besar, dampaknya dapat menjadi besar dan sulit dilupakan. Pertengkaran, ketidakharmonisan, dan konflik dapat bermula dari hal yang sederhana ini. Makanya agama Buddha mengajak umatnya untuk berhati-hati dalam berbicara. Sebelum berbicara, alangkah lebih baik bila dipikir terlebih dahulu apakah ucapan itu bermanfaat atau tidak, menyakiti orang lain atau tidak, tepat waktu atau tidak. Buddha mengatakan bahwa ucapan itu baik apabila diucapkan pada saat yang tepat (kālena), ucapannya sesuai dengan kenyataan (bhūtena), kata-katanya lembut (saṇhena), kata-katanya dapat memberikan manfaat (atthasaṃhitena), dan kata-kata itu diucapkan dengan dasar cinta kasih (mettacittā)  (M. I. 127).

Berbicara di waktu yang tepat sangatlah penting, karena tidak semua kebenaran dapat diterima dengan baik bila disampaikan di waktu yang tidak tepat. Sekalipun itu adalah pembicaraan yang bermanfaat, kalau disampaikan di waktu yang salah bisa menjadi pembicaraan yang tidak bermanfaat. Selain itu, berbicara juga harus sesuai dengan kenyataan. Apa yang ingin seseorang bicarakan, seharusnya bukan ucapan-ucapan bohong. Dalam menyampaikan sesuatu, kata-katanya juga harus lemah lembut sehingga tidak membuat pendengar merasa terganggu. Sekalipun pembicaraan yang bermanfaat, kalau disampaikan dengan kata-kata kasar, tidak dengan lemah lembut, apa yang ia bicarakan seakan seperti sampah. Isinya hanya marah-marah dan kata-kata kotor. Ucapan yang baik adalah ucapan yang dapat memberikan manfaat. Tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga orang lain. Ucapan juga seharusnya disampaikan dengan dasar cinta kasih, agar apa yang disampaikan tidak membuat orang lain tersakiti. Ucapan yang didasari dengan dendam atau kemarahan, akan menghasilkan ucapan yang kotor.  

Ucapan benar dalam agama Buddha adalah ucapan yang menghindari ucapan bohong (musāvāda), fitnah (pisuṇā vācā), ucapan kasar (pharusā vācā), dan omong kosong (samphappalāpa) (M. III. 73). Apapun alasannya, kebohongan tetaplah kebohongan, yang apabila terungkap ada pihak yang dirugikan. Fitnah adalah ucapan yang menyakitkan dengan tujuan menjelekkan orang lain dengan tanpa dasar atau fakta yang jelas. Ucapan fitnah dapat menyebabkan sakit hati yang berkepanjangan. Ucapan-ucapan kasar dapat membuat orang lain menjadi tidak nyaman dan merasa dirugikan. Dan omong kosong sangatlah tidak bermanfaat. Buddha sesungguhnya lebih memuji diam daripada banyak bicara tapi isinya kosong dan tak bermanfaat. Diam lebih mulia daripada menghabiskan waktu dan tenaga untuk membicarakan hal-hal yang tidak penting. Bergosip, menceritakan keburukan orang lain, pamer kepunyaan, adalah ucapan-ucapan yang tidak bermanfaat yang harus dihindari. Buddha menasihati muridnya untuk tidak berbicara hal-hal yang di luar Dhamma. Ada dua pilihan yang tepat ketika seseorang sedang berkumpul bersama, yaitu berbicara tentang Dhamma (dhammī vā kathā) atau diam dengan mulia (ariyo vā tuṇhī bhāvo) (M. I. 161). 

2 comments:

  1. Sakong merupakan permainan judi online yang selain seru untuk dimainkan , anda juga bisa mendapatkan Jp yang ada di permainan sakong online tersebut
    asikqq
    dewaqq
    sumoqq
    interqq
    pionpoker
    bandar ceme
    hobiqq
    paito warna
    http://199.30.55.59/
    data hk 2019

    ReplyDelete
  2. Admin numpang promo ya.. :)
    cuma di sini tempat judi online yang aman dan terpecaya di indonesia
    banyak kejutan menanti para temen sekalian
    cuma di sini agent judi online dengan proses cepat kurang dari 2 menit :)
    ayo segera bergabung di fansbetting atau add WA :+855963156245^_^
    F4ns Bett1ng agen judi online aman dan terpercaya
    Jangan ragu, menang berapa pun pasti kami proseskan..
    F4ns Bett1ng

    "JUDI ONLINE|TOGEL ONLINE|TEMBAK IKAN|CASINO|JUDI BOLA|SEMUA LENGKAP HANYA DI : WWw.F4ns Bett1ng.COM

    DAFTAR DAN BERMAIN BERSAMA 1 ID BISA MAIN SEMUA GAMES YUKK>> di add WA : +855963156245^_^

    ReplyDelete