Wednesday, June 5, 2019

Membiasakan Diri Berbuat Baik

1 comments

Pada dasarnya semua keberhasilan memerlukan latihan atau kebiasaan. Tidak ada orang yang berhasil begitu saja tanpa melalui proses latihan secara bertahap. Orang berhasil karena terlatih, dan orang bisa karena terbiasa. Begitu juga dalam agama Buddha, untuk dapat benar-benar memahami ajaran Buddha, diperlukan latihan secara terus menerus. Memahami Dhamma tidak bisa dicapai secara instan. Buddha sendiri juga melatih diri sampai beribu-ribu kehidupan untuk dapat menjadi seorang Buddha. 

Latihan yang terus menerus inilah yang menjadikan seseorang terlatih dan terbiasa. Untuk menjadi baik, seseorang harus sering berbuat baik. Bagi yang sudah terbiasa berbuat buruk, berbuat baik serasa sangat berat. Namun bagi yang sudah terbiasa berbuat baik, berbuat baik tidaklah sulit. Belajar dan mempraktikkan Dhamma ajaran Buddha juga begitu. Praktik Dhamma akan terasa sulit bagi mereka yang tidak terbiasa, namun terasa mudah bagi mereka yang sudah terbiasa. Makanya, Buddha selalu menganjurkan umatnya untuk selalu melatih diri di dalam kebaikan atau membiasakan diri untuk senantiasa berbuat kebaikan. Perbuatan baik yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi kebiasaan. Kebiasan berbuat baik inilah yang menjadikan seseorang menjadi orang baik. Pada intinya, baik dan buruknya seseorang dapat dilihat dari kebiasaanya. Orang yang biasa berbuat baik disebut orang baik. Sementara orang yang terbiasa berbuat jahat, disebut sebagai orang jahat. 

Buddha berkata bahwa apabila seseorang berbuat bajik, hendaknya ia mengulanginya lagi dan lagi. Sukailah perbuatan bajik tersebut, karena memupuk kebajikan sungguh membahagiakan (Puññañce puriso kayirā, kayirā naṃ punappunaṃ. Tamhi chandaṃ kayirātha, sukho puññassa uccayo) (Dhp. 118). Kata ‘punappunaṃ’ atau lagi dan lagi adalah syarat untuk menjadikan seseorang terbiasa di dalam berbuat kebajikan. Selain itu, seseorang juga harus menyukai (chandaṃ kayirātha) perbuatan-perbuatan bajik, agar ia mau melakukannya lagi dan lagi. Ketika seseorang gemar berbuat bajik, maka sesungguhnya ia sedang memupuk kebajikan yang akan membuatnya memperoleh kebahagiaan, baik di kehidupan ini maupun selanjutnya. 

Berbuat baik akan terasa menyenangkan bagi mereka yang sudah terbiasa berbuat baik. Ketika seseorang sudah merasakan manfaat dari berbuat baik, ia menjadi bahagia dan selalu ingin melakukan kebaikan-kebaikan. Ia akan menolak untuk melakukan perbuatan yang tidak baik. Bukan karena takut atau karena iming-iming, orang yang sudah terbiasa berbuat baik, akan melakukan perbuatan-perbuatan baik dan menghindari perbuatan-perbuatan buruk atas dorongan kehendak masing-masing. Pikirannya selalu dipenuhi dengan hal-hal yang positif. Sehingga apa yang dilakukannya pun juga perbuatan-perbutan yang bermanfaat. 

Sebaliknya, bagi orang-orang yang terbiasa berbuat buruk, berbuat baik sangat terasa berat dan tidak menyenangkan. Orang yang terbiasa marah-marah, rata-rata sulit untuk menahan diri untuk tidak marah atau bersabar dengan kondisi yang ada. Orang yang sudah terbiasa mabuk-mabukan, terasa berat untuk berhenti. Hal itu disebabkan karena kebiasaan. Kebiasaan buruk ini yang menjadikan seseorang sulit meninggalkan apa yang seharusnya tidak dilakukan. 

Tentu saja manusia awam bukanlah manusia sempurna yang tidak pernah melakukan kesalahan atau kejahatan. Namun seharusnya kejahatan tidak boleh dilakukan sebagai kebiasaan dengan dasar menyenanginya. Dhamma adalah latihan. Dhamma melatih seseorang untuk selalu berbuat baik dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk. Memang itu tidak bisa merubah secara instan. Tapi kalau dilakukan secara terus menurus, merubah kebiasaan buruk menjadi baik bukanlah hal yang tidak mungkin. Seseorang yang sudah terbiasa berbuat jahat, masih bisa diarahkan untuk meninggalkan kejahatan secara perlahan. Selagi masih ada kemauan dan usaha, itu bukanlah hal yang mustahil. Aṅgulimāla, seorang pembunuh yang kondang, bisa berbalik arah menuju jalan Dhamma dan menjadi bhikkhu hingga mencapai kesucian. Raja Asoka yang dikenal kejam bisa menjadi raja yang baik setelah mempelajari Dhamma. Buddha berkata bahwa apabila seseorang telah melakukan kejahatan, hendaknya ia tidak mengulanginya lagi dan lagi. Jangan merasa senang dengan perbuatan buruk itu, karena sungguh menyakitkan akibat perbuatan buruk (Pāpañce puriso kayirā, na naṃ kayirā punappunaṃ; Na tamhi chandaṃ kayirātha, dukkho pāpassa uccayo) (Dhp. 117). 




1 comment:

  1. Langsung saja kita bahas mengenai apa saja cara yang bisa anda lakukan untuk menang sakong online di permainan judi online
    asikqq
    dewaqq
    sumoqq
    interqq
    pionpoker
    bandar ceme
    hobiqq
    paito warna
    http://199.30.55.59/
    data hk 2019

    ReplyDelete