Tuesday, March 14, 2017

KEBAJIKAN MENGHIASI INDAHNYA WAISAK

0 comments

Indahnya kebajikan melampaui segala keindahan, demikianlah pernyataan guru agung Buddha Gotama. Begitu juga dengan indahnya perayaan waisak di sini yang sekaligus menambah keindahan perayaan waisak tahun ini. Pada saat yang berbahagia ini, semua umat Buddha di seluruh Indonesia bersama-sama merayakan  hari Trisuci Waisak dengan kebajikan-kebajikan serta cinta sebagai penghiasnya. Hari Trisuci waisak memperingati tiga peristiwa agung yang terjadi pada bulan vesākha, yaitu peristiwa kelahiran pangeran Siddhatta Gotama sebagai Bodhisatta yang kelak menjadi Buddha Gotama di taman Lumbini. Kemudian peristiwa agung yang ke dua adalah peristiwa dimana petapa Gotama mencapai penerangan sempurna dan bertransformasi menjadi Buddha di Buddhagaya. Selanjutnya peristiwa agung yang terakhir adalah peristiwa mangkat-Nya Buddha Gotama di Kusinara. Ke tiga peristiwa agung ini terjadi pada saat yang bersamaan di bulan vesākha, yang sekaligus menjadi objek penghormatan bagi umat Buddha dalam perayaan Trisuci Waisak.

Diselenggarakannya perayaan Trisuci Waisak oleh umat Buddha bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada semua umat Buddha terhadap pentingnya nilai-nilai kebajikan sebagai jalan hidup. Buddha telah memberikan petunjuk jalan yang bernuansakan kebajikan sebagai jalan menuju pembebasan akhir dari dukkha yaitu kebahagian nibbāna. Bersama perayaan Trisuci Waisak kali ini bermaksud untuk mengajak semua umat Buddha untuk melakukan perbuatan bajik sebagai penghias hidup yang menuntun pada kebahagiaan. 

Menurut Buddha, untuk dapat memiliki keindahan-keindahan yang sejati seseorang hendaknya banyak berbuat kebajikan. Maksudnya, kebajikan menjadi sebab terdekat dalam memperoleh keindahan, baik fisik maupun mental. Namun sebelum seseorang dapat berbuat kebajikan, ada hal yang penting untuk diketahui tentang bagaimana kriteria perbuatan bajik. Dalam Ambalaṭṭhikārāhulovāda Sutta, Majjhima Nikāya, berisi tentang nasihat Buddha kepada sāmaṇera Rahula tentang bagaimana kriteria dari perbuatan baik (kusala). Jelasnya, jika perbuatan yang dilakukan melalui jasmani, ucapan dan pikiran tidak membawa kerugian dan penderitaan diri sendiri, orang lain, ataupun keduannya, dapatlah dikatakan bahwa itu adalah perbuatan baik (kusala). Dengan kata lain, perbuatan bajik membawa manfaat bagi diri sendiri dan makhluk lain. Dalam ilmu Sains mengenal dengan istilah simbiosis mutualisme, yaitu hubungan timbal balik antar makluk hidup yang saling menguntungkan satu sama lain. Demikian juga dengan kriteria perbuatan bajik yaitu perbuatan yang bermanfaat atau saling menguntungkan satu dengan yang lainnya, baik sipembuat kebajikan maupun makhluk lain yang berhubungan.

Dalam hal yang sama, Buddha telah memberi banyak pengarahan-pengarahan tentang bagaimana berbuat baik. Dalam kitab Itivuttaka Buddha menguraikan bahwa terdapat tiga macam perbuatan baik yang paling mendasar yaitu perbuatan baik dari memberi (dāna), perbuatan baik dari menjaga moral (sīla), dan perbuatan baik dari pengembangan batin (bhāvanā). 

Kebajikan dari memberi (Dāna)
Kata dāna berasal dari akar kata dā dari bahasa Pali yang berarti menganugrahkan atau memberi. Dalam literatur Pali lainnya juga terdapat pengertian yang serupa dengan dāna, yaitu cāga yang lebih dikenal dengan arti kerelaan hati. Sehingga arti dari berdana adalah perbuatan memberi sesuatu kepada orang lain yang dilandasi dengan keikhlasan. Sebagai makluk sosial yang hidup bersama masyarakat, seseorang tidak dapat melepaskan dirinya dari bantuan orang lain ataupun membantu orang lain. Dengan memberi merupakan salah satu cara untuk membangun keharmonisan dan keindahan esensi hidup yang sesungguhnya. Seringkali seseorang berfikir bahwa berdana atau memberi merupakan kegiatan yang sia-sia, merugikan, dan menghabiskan banyak harta benda. Tetapi sesungguhnya perbuatan memberi ini memberikan banyak manfaat yang besar bagi diri sendiri dan orang lain. Cobalah kita renungkan seperti yang terkandung dalam Aṅguttara Nikāya, Buddha menjelaskan tentang manfaat dari berdana. Utamanya manfaat dari berdana makanan akan memperoleh umur panjang (āyu), paras yang bagus (vaṇṇo), kebahagiaan (sukhaṁ), dan kekuatan (balaṁ). Mengapa demikian? Karena ketika seseorang makan maka kelangsungan hidupnya dapat berlangsung baik. Kemudian orang yang makan menjadi lebih segar daripada sebelumnya, sehingga enak dipandang dan tidak membosankan. Selanjutnya adalah ketika seseorang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis utamanya dalam hal makan, batin seseorang menjadi lebih nyaman sehingga muncul kebahagiaan. Sedangkan yang terakhir adalah ketika seseorang makan, maka tenaga yang tadinya habis terkuras menjadi lebih bugar dan bertenaga kembali. Demikian juga orang yang memberi makanan kepada orang lain juga akan memperoleh hal yang sama. Maka dari itu, indahnya hidup akan terasa lebih indah jika dihiasi dengan kebajikan, salah satunya adalah dengan berdana.

Kebajikan dari bermoral (Sīla)
Definisi dari sīla secara umum adalah kemoralan (morality), atau kesusilaan. Namun pada umumnya sering kali diterjemahkan sebagai moralitas, padahal jika kita melihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata moralitas artinya adalah adat-istiadat, sopan-santun, dan tata krama. Walaupun dalam konteks tertentu, sīla dapat juga diterjemahkan sebagai moralitas, namun dalam konteks sīla dalam Pañcasīla Buddhis sangatlah tidak sesuai jika diterjemahkan sebagai moralitas. Karena dalam Pañcasīla Buddhis bukan berisi tentang adat istiadat, sopan santun, maupun tata krama. Kritik tentang penerjemahan tentang sīla sangatlah tidak beralasan dan menunjukkan bahwa mereka tidak membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia, akibatnya banyak orang salah menafsirkannya. Arti sīla yang dimaksud dalam Pañcasīla Buddhis adalah kemoralan atau tata kesusilaan.

Indahnya kebajikan dari orang yang bersusila atau bermoral membuat kehidupan menjadi lebih bermakna dan lebih bernilai. Penerapan sīla yang paling mendasar bagi umat awam adalah dengan melaksanakan Pañcasīla Buddhis, yaitu dengan menghindari pembunuhan, pencurian, perbuatan asusila, berbohong, dan minum-minuman keras yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran. Tetapi praktik sīla tidak hanya sebatas penghindaran atau pasif, tetapi yang lebih penting lagi adalah praktik sīla dengan mengembangkan kebajikan lain sebagai pengganti apa yang dihindari. Kebajikan itu adalah dengan melaksanakan Pañcadhamma, atau bisa disebut dengan lima kemoralan aktif. Makna dari lima kemoralan aktif ini adalah selain menghindari pembunuhan makhluk hidup hendaknya juga mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang. Selanjutnya, selain menghindari pencurian hendaknya memiliki mata pencaharian yang benar dan juga melatih kemurahan hati untuk memberi. Dengan menghindari perbuatan asusila hendaknya juga mengembangkan rasa puas serta dapat mengendalikan diri dari kesenangan indera. Menghindari berbohong tetapi juga senantiasa mengembangkan kejujuran. Kemudian yang terakhir adalah dengan menghindari minum-minuman keras yang memabukkan hendaknya juga dapat mengembangkan perhatian dan kewaspadaan serta hidup berkesadaran. Ringkasnya dengan hidup bersusila seseorang membuat keindahan bagi diri sendiri dan orang lain. Hidup dengan kebajikan dan cinta sebagai penghias keindahan hidup di balik indahnya perayaan waisak.

Kebajikan dari pengembangan batin (Bhāvanā)
Bhāvanā yang lebih dikenal sebagai meditasi atau pengembangan batin bertujuan untuk meredamkan pikiran-pikitan jahat serta memunculkan pikiran-pikiran positif dengan konsentrasi dan perhatian. Selain merupakan kebajikan yang bernilai tinggi, meditasi juga menjadi keistimewaan dalam agama Buddha. Pengembangan batin melalui meditasi memberi kontribusi yang sangat besar terhadap pikiran. Semua  perbuatan, baik  yang dilakukan oleh pikiran itu sendiri,  melalui  ucapan,  ataupun melalui tindakan jasmani, semuanya bersumber pada pikiran. Sebagaimana yang diutarakan Buddha dalam Dhammapada bahwa pikiran merupakan pelopor dari segala sesuatu (manopubbaṅgamā dhammā), sehingga seseorang yang berusaha mengendalikan pikirannya dengan baik maka ucapan dan perbuatannya pun juga akan dapat terkendalikan dengan baik. Dengan demikian, pikiran positif dari latihan pengembangan batin memicu hal-hal positif lain, baik melalui pikiran itu sendiri, ucapan, maupun perbuatan jasmani. Dengan pikiran yang positif seseorang menciptakan hiasan yang membuat segala keindahan hidup. Tetapi sering kali pikiran yang positif tidak akan tampak jika belum sampai pada implementasi pikiran kedalam tindakan nyata. Seperti kasusnya dalam hal meditasi Metta atau cinta kasih. Sekadar berharap makhluk lain berbahagia tidaklah cukup jika tidak wujudkan dalam tindakan nyata. Banyak orang berharap semoga semua makhluk hidup berbahagia, tetapi mereka sendiri masih membuang sampah sembarangan, tidak peduli lingkungan, dsb. Apakah ini termasuk dalam kategori cinta kasih? Oleh karena itu, dengan perayaan waisak ini hendaknya mampu mewujudkan aksi untuk keindahan bersama, keindahan dari berbuat kebajikan.

Tiga esensi dasar dari perbuatan bajik yang paling mendasar ini mampu memberikan segala cinta dari keindahan di berbagai sudut. Penerapan tiga praktik kebajikan ini membawa kontribusi positif terhadap kehidipan diri sendiri, orang lain, serta makhluk lain yang bersangkutan dalam menghiasi indahnya waisak. Karena pada dasarnya, keindahan apa pun tak ada yang mampu menandingi indahnya cinta dan kebajikan. Oleh karena itu, hiasilah hidup ini dengan cinta dan kebajikan sebagai penghiasnya bersama tema waisak kebajikan menghiasi indahnya waisak.

Selamat Hari Trisuci Waisak semoga semua makhluk hidup berbahagia.

No comments:

Post a Comment