Thursday, December 7, 2017

Moonstone (Sandakadapahana)

0 comments

Moonstone (Sandakadapahana)

Kalau kita berkunjung ke vihara-vihara di Sri Lanka, kita akan menjumpai beberapa seni arsitektur Buddhis. Ketika kita mulai menginjakkan di tempat-tempat yang disakralkan, kita akan menemui sebuah lempengan batu berbentuk setengah lingkaran yang ditempatkan di bawah tangga menuju pintu atau gerbang. Lepengan itu disebut sebagai Sandakadapahana di Sri Lanka atau dalam bahasa Inggris disebut Moonstone atau batu bulan.



Moonstone atau Sandakadapahana dalam bahasa Pali disebut “Pāṭika” atau “aḍḍhacandapāsāna.” Kata aḍḍhacandapāsāna mempengaruhi kosa kata bahasa Sinhala. 

Aḍḍhacandapāsāna (batu berbentuk setengah lingkaran bulan) => Pāli
Adasaṅdapahaṇa=> Sinhala lama
Sadakadapahana => Sinhala

Sandakadapahana merupakan seni Buddhis yang unik yang diciptakan oleh orang Sri Lanka. Diperkirakan seni Buddhis ini telah dimulai sejak zaman Anuradhapura era dan telah dikembangkan dari waktu ke waktu. Dan bentuknya juga telah mengalami perubahan dari zaman ke zaman. 

Sandakadapahana pada awalnya hanyalah sebuah lempengan batu berbentuk persegi yang diletakkan di pintu masuk. Lama kelamaan batu itu didekorasi dengan menambahkan beberapa seni agar terlihat menarik. Pemahat mulai memotong siku-siku pada persegi. Karena belum puas, akhirnya batu yang tadinya berbentuk persegi menjadi seperti setengah lingkaran. Batu yang tadinya masih polos diberikan ukiran-ukiran menarik. Di pinggiran batu terpahatkan sebuah gambar api yang mengililing sekeliling setengah lingkaran. Setelah itu terdapat simbol-simbol binatang yang saling mengikuti satu sama lain. Kemudian terdapat ukiran berbentuk tumbuhan menjalar mengelilingi setengah lingkaran. Di baris selanjutnya terdapat pahatan beberapa ekor angsa dengan sebuah daun di setiap paruhnya. Setelah itu terdapat garis yang berisi ukiran tumbuhan menjalar tapi dalam ukuran yang lebih kecil. Persis di tengah-tengah setengah lingkaran terdapat ukiran berbentuk bunga teratai. 

Menurut seorang arkeologi Sri Lanka, Prof Paranavithana, Sandakadapahana dibuat dengan memadukan ajaran Buddha. Setiap seni yang dipahat menggambarkan pokok-pokok ajaran Buddha. Menurut Sandakadapahana di era Anuradhapura, simbol-simbol itu bisa dijelaskan sebagai berikut:
  • Api => api yang mengelilingi pinggiran setengah lingkaran ini menggambarkan tentang kobaran api kekotoran batin dalam hidup ini. Menurut Buddhis terdapat tiga macam api, yaitu: api nafsu (Ragaggi), api kebencian (Dosaggi), dan api kebodohan batin (Mohaggi). 
  • Binatang => binatang-binatang ini menggambarkan tentang kebenaran dalam alam tumimbal lahir ini. Siapapun yang dilahirkan pasti akan mengalaminya. Di era Anuradhapura, terdapat empat macam binatang, antara lain: gajah, kuda, singa, dan sapi. Empat macam binatang ini menggambarkan sifat kehidupan tentang lahir, tua, sakit, dan mati. 
  • Tumbuhan menjalar => tumbuhan-tumbuhan menjalar yang dipahatkan di Sandakadapahana melambangkan penyebab kelahiran berulang yang menghasilkan lahir, tua, sakit, dan mati. Tumbuhan ini menggambarkan nafsu keinginan yang merambat seperti tumbuhan-tumbuhan menjalar. Kalau tumbuhan ini tumbuh merambati tumbuhan lain, tumbuhan yang dirambatinya bisa terganggu pertumbuhannya. Sama halnya nafsu keinginan juga menggaggu seseorang. Seseorang akan diperbudak oleh nafsu keinginannya sendiri. 
  • Angsa => dikatakan angsa memiliki kemampuan untuk memisahkan susu yang bercampur dengan air yang kotor. Demikian pula, orang bijaksana memiliki kemampuan menyaring apa yang baik dan meninggalkan apa yang buruk. Angsa melambangkan orang-orang bijaksana. 
  • Tumbuhan menjalar berukuran keci => tumbuhan menjalar ini melambangkan kotoran-kotoran batin yang menjadi perintang untuk mencapai kesucian. Karena setelah orang-orang menjadi bijaksana dan mampu menyaring apa yang baik dan meninggalkan apa yang buruk, maka rintangan-rintangan ini menjadi semakin kecil. 
  • Bunga teratai => bunga teratai dalam Buddhisme seringkali digunakan untuk menggambarkan kesucian. Seperti bunga teratai yang walaupun tumbuh di dalam kolam yang berlumpur, ia tetap menghasilkan bunga yang indah dan cantik tanpa terkotori oleh lumpur atau air-air yang keruh. Bunga teratai di Sandakadapahana juga melambangkan kesucian. Setelah orang-orang menjadi bijaksana dan mampu mengikis kotoran-kotoran batin, mereka akan mampu mencapai kesucian. Oleh karena itu, bunga teratai di sini melambangkan Nibbana. 


Di era Polonaruwa, moonstone atau Sandakadapahana mengalami sedikit perubahan. Perubahannya terletak di ukiran-ukiran binatang yang melambangkan kebenaran hidup. Di era ini, gambar sapi dihilangkan. Mungkin ini terkena pengaruh agama Hindu yang masuk di Sri Lanka. Di dalam agama Hindu, sapi adalah binatang yang dihormati karena sapi adalah kendarannya dewa Siwa. Karena berpikir bahwa menginjak gambar sapi adalah sikap yang tidak sopan, maka gambar sapi di sandakadapahana dihilangkan. Ini juga mempengaruhi pola pikir orang-orang Sinhala. Orang Sinhala mempercayai binatang singa sebagai lambang dari suku mereka. Maka menginjakkan gambar singa juga dianggap tidak sopan. Oleh karena itu, gambar singa di Sandakadapahana dihilangkan. Jadi di era Polonaruwa ini Sandakadapahana mengalami perubahan terutama dengan dihilangkannya gambar sapi dan singa. 

Seiring berlalunya waktu, Sandakadapahana mengalami perkembangan. Banyak seniman menambahkan seni-seni dalam Sandakadapahana. Bentuk Sandakadapahana juga menjadi muncul dengan wujud berbagai macam. Di era Kandy, Sandakadapahana juga muncul dalam bentuk segitiga, persegi panjang, dan lingkaran penuh. 

No comments:

Post a Comment