Thursday, February 15, 2018

Mengagumi Keindahan Alam dalam Literatur Pali

0 comments
Buddhisme tdk boleh disalahartikan sebagai agama yg menolak keindahan. Literatur Pali menunjukkan bahwa Buddhisme menghargai keindahan, seperti keindahan alam. Kekaguman terhadap keindahan alam biasanya diungkapkan dengan kata indah (ramaṇīyaṃ) dan menyenangkan (pāsādikaṃ). Ariyapariyesana Sutta mencatat keindahan dari sebidang tanah yg indah (ramaṇīyaṃ bhūmibhāgaṃ), hutan yg menyenangkan (pāsādikañca vanasaṇḍaṃ), dan aliran sungai yg jenih dgn tepian yg halus (nadiñca sandantiṃ setakaṃ supatitthaṃ ramaṇīyaṃ. M. I. 166).
.
.
Pernah pada suatu ketika Bhikkhu Ananda menganjurkan Buddha yg sedang berdiam tdk jauh dari kepertapaan Brahmana Rammaka untuk mengunjungi tempat kepertapaan milik Brahmana Rammaka yg dikatakan indah dan menyenangkan (Ibid. 161). Dalam Mahāparinibbāna Sutta, Buddha memuji tempat-tempat yg menyenangkan seperti Vesāli, Rajagaha, Veluvana, Bukit Burung Hering, Gotama Nigroda, Gua Sattapaṇṇī di lereng gunung Vebhāra, Kalasila di lereng gunung Isigili, kolam Sappasondika di Sītavana, Kalaṇdanivāpa di Veluana, dan Cetiya para Buddha masa lalu seperti Udena, Gotamaka, Sattambaka, Bahuputtaka, Sārandada dan Cāpāla (D. II. 72).
.
.
Theragāthā dan Therīgāthā memuat beberapa syair yg diucapkan para Thera dan Theri memuji keindahan alam. Sebagai contohnya yaitu Arahat Sappaka Thera yg mengungkapkan kegembiraannya kepada keindahan Sungai Ajakarṇī. “Yadā balākā sucipaṇḍaracchadā, kāḷassa meghassa bhayena tajjitā; Palehiti ālayamālayesinī, tadā nadī ajakaraṇī rameti maṃ.” "Ketika burung bangau dengan sayap-sayap yg cemerlang, takut kepada awan hitam, terbang ke sarangnya, dan Sungai Ajakarṇī membuatku bahagia (Thag. 307)." Beliau juga memuji Sungai Ajakarṇī yg damai, menyenangkan, dan menggembirakan (khemā ajakaraṇī sivā surammā’’’ti. Ibid. 310). Sementara Vanavaccha Thera memuji keindahan alam dgn syair “Acchodikā puthusilā, gonaṅgulamigāyutā; Ambusevālasañchannā, te selā ramayanti ma’’nti.” “Dengan air yg jernih dan tebing batu terjang yang luas, sering didatangi kera-kera dan rusa-rusa, terlapisi dgn lumut perembesan, bebatuan itu menggembirakanku (Ibid. 113).”

No comments:

Post a Comment