Monday, April 9, 2018

Istri dalam Literatur Pali

0 comments

Istri dalam Literatur Pali

Dalam Bahasa Jawa, istri disebut ‘Garwa’ yang memiliki kepanjangan ‘Sigaraning nyawa’ atau ‘Belahan jiwa.’ Ini dikarenakan pasangan suami istri harus saling melengkapi satu sama lain. Istri harus melengkapi kekurangan suami dan suami juga harus melengkapi kekurangan istri. Keduanya harus bersatu dalam cinta dan kekuatan dalam membina rumah tangga. 

Kalau kita menengok ke dalam literatur Pali, istri dijabarkan dengan bermacam-macam sebutan. Dalam Abhidhānappadīpikāpāṭha, istri adalah “Dāro, jāyā, kalattañca, gharaṇī, bhariyā, piyā, pajāpatī, ca dutiyā, sā pādaparicārikā.” Menariknya, setiap kata tersebut dijabarkan lebih lanjut di Abhidhānappadīpikāṭīkā. 

Istri disebut ‘dutiyā’ karena fungsinya melengkapi keduanya (Dvinnaṃ pūraṇī dutiyā). Selain itu, istri disebut ‘dutiyā’ karena dalam rumah tangga, istri adalah yang kedua setelah suami (Paṭhamo bhattā, bhariyā dutiyā). Istri juga disebut ‘piyā’ karena istri adalah orang yang harus dicintai (Piyāyitabbato piyā). Makanya tidak heran bila seorang suami yang romantis akan memanggil istrinya dengan sebutan sayang (piyā).

Istri sering disebut ‘bhariyā’ karena istri adalah orang yang perlu disokong atau didukung (Bharitabbato bhariyā). Salah satu kewajiban seorang suami adalah mendukung atau menghidupi istrinya. Istri disebut juga sebagai ‘pajāpati’ karena istri adalah orang yang menjaga dan merawat anaknya (Pajaṃ puttaṃ pāletīti pajāpati). Umumnya, anak diasuh oleh ibu. Sejak dari kandungan, ibu merawat dirinya dan bayinya hingga lahir. Setelah lahir, ibu menyusuinya, memandikannya, dan membesarkannya. Karena hanya istri yang melahirkan anak, maka istri disebut juga sebagai ‘jāyā’ (Jāyati putto yāyāti jāyā). 

Salah satu kewajiban seorang suami adalah mempercayakan istrinya untuk mengatur rumah tangga. Oleh karena istri bertugas mengatur rumah maka istri disebut sebagai ‘gharaṇī’ (Gharaṃ netīti gharaṇī).

Berbicara tentang istri, Aṅguttara Nikāya menyebutkan tujuh jenis istri. Tujuh jenis istri itu antara lain sebagai berikut:
  1. Istri Pembunuh (vadhaka-bhariyā) adalah seorang istri yang tak tahu belas kasih, batinnya kotor, membenci suami, menginginkan pria lain, bahkan berusaha untuk membunuh suaminya.
  2. Istri Panjang Tangan (cora-bhariyā) adalah seorang istri yang walaupun seluruh hasil pendapatan suaminya sudah diserahkan pada istrinya, namun istrinya selalu menyembunyikan harta itu untuk kepentingan dirinya sendiri.
  3. Istri Kejam (ayyā-bhariyā) adalah seorang istri yang malas, kaku, rakus, bengis, bicara kasar, suka bergunjing, menguasai suami, boros, memperbudak suami, dan menjelek-jelekkan suami.
  4. Istri Ibu (mātu-bhariyā) adalah seorang istri yang selalu memerhatikan suaminya bagaikan seorang ibu yang menyayangi putra tunggalnya, menjaga dengan baik kekayaan keluarga yang diperoleh suaminya.
  5. Istri Saudara (bhagini-bhariyā) adalah seorang istri yang memperlakukan suaminya seperti adik terhadap kakak, melayani suaminya dengan penuh sopan dan berbakti dengan lemah lembut.
  6. Istri Sahabat (sakhī-bhariyā) adalah seorang istri yang selalu bersikap riang terhadap suaminya, menyenangi kehadiran suaminya, bagaikan bertemu sahabat yang telah lama tidak berjumpa. Istri yang berkepribadian anggun dan berbudi luhur, tulus mengabdi, dan dapat mengarahkan suaminya.
  7. Istri Pembantu (dāsi-bhariyā) adalah seorang istri yang bersifat tenang, bebas dari kemarahan, dengan hati yang tenang bersedia menanggung derita bersama suaminya. Tanpa rasa dendam dan selalu patuh terhadap suaminya, mendengarkan kata-kata suami dengan rendah hati.

No comments:

Post a Comment