SĀDHU BUKAN BERARTI ‘SEMOGA’
Kata ‘Sādhu’ tidak asing lagi bagi umat Buddha di Indonesia. Kata ini umumnya diucapkan setelah syair “Sabbe sattā bhavantu sukhitattā (semoga semua makhluk hidup berbahagia)” pada waktu mengakhiri meditasi atau puja bakti. Kata ‘Sādhu’ seperti diterjemahkan dan dipahami sebagai “semoga.” Padahal ‘Sādhu’ sama sekali tidak mengandung arti ‘semoga’ seperti yang di dalam keyakinan lain disebut ‘amin’. Sesungguhnya ‘Sādhu’ berarti baik, perbuatan baik, sungguh baik, baiklah, iya, yang mengandung makna persetujuan.
‘Sādhu’ berarti baik. Seperti dalam syair berikut:
Kiṃsu yāva jarā sādhu, kiṃsu sādhu patiṭṭhitaṃ (apa yang baik sampai usia tua? Apa yang baik untuk ditegakkan?)”
‘‘Sīlaṃ yāva jarā sādhu, saddhā sādhu patiṭṭhitā (kemoralan baik sampai tua. Keyakinan baik untuk ditegakkan).”
‘Sādhu’ berarti sungguh baik. Seperti kalimat ini: “Sādhu me, bhante, bhagavā tathā dhammaṃ desetu (Sungguh baik Bhante, apabila Sang Bhagavā berkenan membabarkan ajaran tersebut kepadaku).”
‘Sādhu’ di syair berikut ini juga bisa berarti ‘sungguh baik atau baik.’
Kāyena saṃvaro sadhu (sungguh baik terkendali secara jasmaniah), sādhu vācāya saṃvaro (sungguh baik terkendali secara ucapan); Manasā saṃvaro sadhu (sungguh baik terkendali secara pikiran), sādhu sabbattha saṃvaro (sungguh baik terkendali dalam semuanya)
‘Sādhu’ mengandung arti persetujuan seperti kata iya. Contohnya dalam kalimat ini. “Atha kho bhagavā āyasmantaṃ visākhaṃ pañcālaputtaṃ etadavoca – ‘‘sādhu sādhu, visākha! (Setelah itu sang Buddha berkata kepada YM Visākha, seorang anak Pañcala – iya, iya visākha). ‘Sādhu’ juga bisa berarti benar dalam menyetujui gagasannya. Seperti “Sādhu kho tvaṃ, visākha” (kamu benar Visākha). Jadi, kalau melihat konteks ini, kalimat ‘Sādhu Bhante’ dan ‘Ᾱma Bhante’ memiliki arti yang sama. Ada satu kata lagi yang mengandung arti “baiklah Bhante” yaitu “evaṃ Bhante.”
‘Sādhu’ juga bisa berarti perbuatan baik. Lawan katanya adalah “asādhuṃ” (perbuatan buruk). Dalam Dhammapada dikatakan, “asādhuṃ sādhunā jine” atau “kalahkan perbuatan buruk atau perbuatan yang tidak baik (asādhuṃ) dengan perbuatan yang baik (sādhunā).
Dengan baik dalam bahasa Pali diekspresikan dengan kata “sādhukaṃ.” Contohnya kalimat berikut, “Tena hi, bhikkhave, suṇātha, sādhukaṃ manasi karotha, bhāsissāmī’’ti (oleh karena itu para bhikkhu, dengarkan dan perhatikan dengan baik-baik, saya akan membabarkannya).”
Kata ‘Sādhu’ sendiri sebenarnya merupakan kata yang sudah umum digunakan di India pada waktu itu. Kata “Sādhanā” juga berasal dari kata ‘Sādhu’ ini. ‘Sādhanā’ berarti menempuh hidup lurus. Oleh karena itu para petapa di India juga disebut Sādhu (untuk pria)’ dan ‘Sādvī (untuk wanita).’ Termasuk bhikkhu dan bhikkhunī juga dipanggil Sādhu dan Sādvī. Hingga kini sekarang, tidak jarang orang Sri Lanka memanggil bhikkhu dengan sebutan “Sādhu.” Umat Sri Lanka memanggil bhikkhu kepala vihara dengan sebutan “Lokusādhu” atau petapa besar. Dan memanggil sāmaṇera dengan sebutan “Podhisādhu” atau petapa kecil.
Setidaknya penjelasan di atas mampu meluruskan pandangan bahwa ‘Sādhu’ bukan berarti “semoga” atau “semoga demikianlah adanya.” ‘Sādhu’ berarti baik yang menyatakan pesetujuan.
Ungkapan ‘Semoga’ dalam Bahasa Pali diekspresikan dengan kata kerja imperatif atau benediktif (pañcamī). Kata kerjanya selalu berakhir dengan sufiks ‘tu’ (untuk kasus tunggal) dan ‘ntu’ (untuk kasus jamak). Seperti kata “hotu atau hontu, bhavatu atau bhavantu.” Sebenarnya, tidak selalu berarti semoga, tetapi semacam kata “biarlah”, “silakan” atau semacam permintaan dengan bahasa yang halus. “Nisīdatu Bhante (Silakan duduk Bhante).
Amin atau Amen. tu artinya ya atau benar atau setuju lahir-batin. Dalam konteks Abrahamic Religions.
ReplyDeleteSadhu... 🙏*
ReplyDelete🙏
ReplyDeletewaduh berarti kata yang sepadan seperti kata Amin yang cocok apa ya ?
ReplyDeleteSADHU : baik, sungguh baik, perhatikan baik-baik, orang baik, benar (menyetujui), iya, bagus.
ReplyDeleteBila dicermati kata "sadhu" merujuk kepada hal-hal baik, penggunaannya tergantung pada konteksnya.
maka tidak mengherankan apabila kata "sadhu" dipahami sebagai semoga/demikianlah, yang menjadi ungkapan penutup karena apa yang diharapkan adalah kebaikan.
Bandingkan dengan Kata ACHA, yang mengandung banyak arti misalnya baik, iya, mengerti, dll.