Harta memang tidak menjamin kebahagiaan seseorang, tapi hidup tanpa harta, miskin, dan terbelit hutang apakah itu kebahagiaan? Jawabannya tentu bukan. Itu adalah penderitaan.
Meskipun agama Buddha menyarankan umat manusia untuk hidup sederhana, agama Buddha sama sekali tidak melarang umatnya untuk mengumpulkan kekayaan. Hidup sederhana berarti hidup dengan tidak berlebihan. Hidup sederhana bukan berarti tidak boleh memiliki kekayaan yang berlimpah, tapi hidup dengan mengetahui batasan sehingga dapat memanfaatkan kekayaannya dengan baik dan benar. Memiliki kekayaan yang berlimpah bukanlah kesalahan, tapi menghambur-hamburkan kekayaan untuk kegiatan yang tak bermanfaat seperti berfoya-foya, berjudi, mabuk-mabukan, pergi tempat-tempat hiburan malam, adalah kesalahan dalam menggunakan kekayaan.
Buddha tak pernah melarang umatnya untuk memiliki kekayaan yang berlimpah. Dalam beberapa kesempatan, Buddha justru menasihati umatnya untuk bekerja keras supaya memiliki kekayaan berlimpah yang diperoleh dengan cara yang benar. Dengan begitu, umat perumah tangga dapat menikmati empat jenis kebahagiaan bagi umat perumah tangga sebagai berikut:
- Kebahagiaan dari memiliki kekayaan (atthisukhaṃ).
- Kebahagiaan dari menikmati kekayaan (bhogasukhaṃ).
- Kebahagiaan terbebas dari hutang (ānaṇyasukhaṃ).
- Kebahagiaan tanpa cela (anavajjasukhaṃ. A. II. 69).
Memiliki kekayaan tentu merupakan sebuah kebahagiaan, karena dengan memiliki kekayaan yang cukup, seseorang bisa menggunakannya dan menikmatinya untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Dengan kekayaannya, seseorang bisa berbuat banyak kebajikan dengan cara mendukung kebutuhan para bhikkhu dan membantu dalam perkembangan Buddhadhamma. Dengan hidup berkecukupan berarti ia terbebas dari hutang. Kemiskinan dan hutang adalah penderitaan bagi mereka yang hidup sebagai perumah tangga. Oleh karena itu, dengan harta yang ia miliki ia bisa terbebas dari hutang dan kesulitan ekonomi. Dengan kekakayaan yang ia peroleh dengan benar, ia akan memiliki kebahagiaan tanpa cela. Orang-orang tidak akan mencela atau menghina orang yang memiliki kekayaan yang diperoleh dengan cara yang benar.
Bagi umat perumah tangga, kekayaan amatlah penting untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tanpa kekayaan, kehidupan akan menjadi lebih berat untuk dijalani. Makanya, umat perumah tangga harus mau bekerja keras untuk mengumpulkan kekayaan dengan benar. Definisi dari mengumpulkan kekayaan dengan benar adalah bekerja di bidang pekerjaan yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Seperti yang dijelaskan dalam Sigālovāda Sutta, mengumpulkan kekayaan haruslah seperti lebah yang mengumpulkan madu (D. III. 188). Maksudnya adalah ketika lebah mengumpulkan madu ia tidak merusak bunga. Hubungan antara lebah dan bunga terjalin secara simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan satu sama lain. Seperti itu pula, kekayaan harusnya diperoleh dari pekerjaan yang menguntungkan satu sama lain dan tidak merusak ekosistem.
Pekerjaan apapun yang berhubungan dengan pembunuhan, pencurian, perzinaan, penipuan, dan hal-hal yang menyebabkan pemabukan dikategorikan sebagai pekerjaan yang salah dan seharusnya tak dilakukan bagi mereka yang ingin memperoleh kekayaan dengan benar. Dalam komplek perdagangan, secara khusus ada lima macam perdagangan yang hendaknya dihindari, yaitu perdagangan senjata (satthavaṇijjā), perdagangan makhluk hidup (sattavaṇijjā), perdagangan daging (maṃsavaṇijjā), perdagangan minuman keras (majjavaṇijjā), perdagangan racun (visavaṇijjā. A. III. 208).