Pohon Bodhi
Pohon Bodhi adalah sebuah pohon yang sangat dihormati di kalangan umat Buddha. Di Sri Lanka khususnya, pohon Bodhi adalah objek pemujaan yang sangat penting. Setiap vihara-vihara di Sri Lanka pasti memiliki pohon Bodhi di pelataran vihara sebagai objek pemujaan.
Pohon Bodhi sebenarnya adalah julukan nama dari sebuah pohon berjenis beringin yang disebut Ficus Religiosa. Pohon yang memiliki daun berbetuk hati ini mulai dikenal sebagai pohon Bodhi setelah Petapa Gotama dari suku Sakya mencapai penerangan sempurna di bawah pohon sejenis ini. Sebelumnya pohon itu disebut pohon Assattha.
Dalam sebuah kitab komentar dari kitab Udāna (Udāna-aṭṭhakathā atau Paramatthadīpanī), Dhammapāla Thera menjelaskan alasan mengapa pohon itu disebut sebagai pohon Bodhi (Bodhirukkha). Dikatakan istilah Bodhi memiliki dua arti, yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan Jalan (maggañāṇaṃ bodhīti vuttaṃ) dan pengetahuan tentang kemahatahuan (sabbaññutaññāṇaṃ). Karena Sang Buddha mencapai dua jenis Bodhi ini di sana, maka pohon ini dinamakan sebagai pohon Bodhi (Tadubhayampi bodhiṃ bhagavā ettha pattoti rukkhopi bodhirukkhotveva nāmaṃ labhi). Alasan alternatif yang lain adalah karena Sang Buddha membangunkan tujuh faktor pencerahan, Sang Bhagavā adalah Bodhi, maka pohon itu juga mendapat julukan sebagai pohon Bodhi karena Sang Buddha mencapainya di pohon Bodhi tersebut (Atha vā satta bojjhaṅge bujjhīti bhagavā bodhi, tena bujjhantena sannissitattā so rukkhopi bodhirukkhoti nāmaṃ labhi, tassa bodhirukkhassa. UdA. 27).
Pohon Bodhi dikategorikan sebagai Pāribhogika-Cetiya atau barang-barang yang pernah digunakan Sang Buddha. Bentuk lain dari Pāribhogika-Cetiya, antara lain jubah, patta, saringan air, dan berbagai alat-alat yang pernah digunakan Sang Buddha. Menurut kitab komentar, penghormatan terhadap pohon Bodhi sudah berlangsung bahkan ketika Sang Buddha sendiri masih hidup. Tentu saja kebenarannya sering dipertanyakan sebab di Buddhisme awal sangat kering sekali dengan ritual-ritual. Namun Kāliṅgabodhi Jātaka (J. 479. 228-230), melaporkan bahwa pemujaan terhadap pohon Bodhi memang sudah ada pada waktu itu. Diceritakan Bhikkhu Ānanda memiliki semaian biji pohon Bodhi yang berasal dari Gayā di mana Sang Buddha mencapai pecerahan, dan menanamnya di depan Vihāra Jetavana. Pohon ini sengaja di tanam di sana dengan tujuan sebagai tempat pemujaan (pūjanīyaṭṭhāna) bagi para umat yang datang di saat Sang Buddha sedang tidak ada di vihara. Pohon ini dikenal sebagai Ānanda-bodhi. Dari sini kita tahu, bahwa pohon Bodhi digunakan sebagai representasi Sang Buddha di saat Sang Buddha sedang tidak ada di vihara.
Kitab komentar lain juga menceritakan bahwa Sang Buddha setelah mencapai penerangan sempurna, menyatakan terima kasihnya kepada pohon Bodhi yang telah melindunginya selama bertapa di situ dengan cara memandangi pohon itu tanpa mengedipkan mata dalam waktu tujuh hari.
Pohon Bodhi di mana Sang Buddha mencapai penerangan sempurna itu dikabarkan tumbuh atau lahir di hari yang sama lahirnya Siddhatta yang kelak menjadi Buddha. Menurut legenda yang beredar pula, tempat itu juga merupakan titik di mana para Buddha mencapai pencerahan sempurna. Buddha-Buddha sebelumnya juga mencapai di tempat yang sama di mana Buddha Gotama mencapai pencerahan sempurna.
Pemujaan terhadap pohon Bodhi di Sri Lanka memang bukanlah hal yang baru. Sejak Buddhisme diperkenalkan di tanah ini, budaya memuja pohon Bodhi juga diperkenalkan. Dan pemujaan terhadap pohon diterima oleh masyarakat Sri Lanka dengan baik, sebab sebelum Buddhisme masuk di tanah ini, animisme atau pemujaan terhadap pohon sudah berlangsung lama dan mengakar kuat di masyarakat Sri Lanka. Sebagaimana yang tertera dalam kitab Mahavamsa, di abad ke tiga sebelum masehi, Buddhisme diperkenalkan di tanah Sri Lanka oleh Bhikkhu Mahinda Thera dan para bhikkhu pengikutnya. Setelah memperkenalkan ajaran Buddha, tradisi puja pun juga diperkenalkan dengan dibangunkannya sebuah stupa dan dibawakannya pohon Bodhi dari India bersamaan dengan datangnya Bhikkhuni Sanghamitta Theri. Stupa pertama di Sri Lanka sampai saat ini masih berdiri di Anuradhapura dikenal dengan nama Thuparama. Pohon Bodhi yang dibawa oleh Bhikkhuni Sanghamitta juga masih berdiri di Anuradhapura dikenal dengan sebutan Jaya Sri Mahabodhi. Pohon Bodhi yang di Anuradhapura ini dianggap sebagai pohon Bodhi tertua di dunia. Sementara pohon Bodhi yang di India sendiri, tempat di mana Sang Buddha mencapai pencerahan sempurna, sudah mati dan ditanam kembali dengan pohon Bodhi yang baru.
Menurut cerita yang beredar, pohon Bodhi yang berada di Bodh Gaya tersebut mati setelah 272 tahun, persisnya di era Raja Asoka. Dikabarkan pohon Bodhi tersebut mati karena ulah salah satu permaisuri raja Asoka, Ratu Tissarakkha, yang tidak menyukainya. Permaisuri tersebut merasa diabaikan sebab Raja Asoka yang sangat berbakti sekali dengan Buddhisme dan sering melakukan puja di pohon itu, membuat Raja Asoka lebih senang mengahabiskan waktunya untuk kegiatan keagamaan daripada menikmati waktunya dengan permaisuri tersebut. Akhirnya permasuri tersebut, tersulut dengan api kecemburuan, mencari cara untuk meracuni pohon Bodhi tersebut. Akibatnya pohon itu mati dan tumbuh tunas yang baru setelah Raja Asoka menuangakan ari susu di tempat tersebut.
Pohon Bodhi di Sri Lanka diperlakukan secara terhormat. Pohon Bodhi yang ditanam di pelataran vihara dibangunkan sebuah pagar yang mengelilinginya membentuk segi empat. Setiap pertengahan sisi terdapat sebuah tempat yang biasanya berbentuk mulut singa untuk menuangkan air sebagai puja. Sementara di sisi-sisi pagar yang mengelilingi pohon Bodhi terdapat tempat untuk meletakkan benda-benda puja seperti bebungaan, dupa, dan lain sebagainya.
Beberapa reruntuhan bangunan kuno juga ditemukan, menandakan bahwa di zaman dulu ada beberapa bangunan khusus semacam rumah untuk melindungi pohon Bodhi, yang disebut Bodhighara. Contoh bangunan Bodhighara di Sri Lanka yang dianggap tertua adalah Bodhighara di Nillakgama di Kurunegala. Diperkirakan Bodhighara tersebut dibangun di abad ke delapan setelah masehi. Masih ada sekitar 38 Bodhighara lain juga ditemukan di Sri Lanka.
Kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan pohon Bodhi pun juga muncul seiring berlalunya waktu. Dipercaya pohon Bodhi memiliki kekuatan seperti menyembuhkan penyakit, usia panjang, dan tercapai apa yang diharapkan.
Syair Pali berikut adalah syair yang biasa dilantunkan saat melakukan penghormatan terhadap pohon Bodhi.
Yassa mūle nisinno va – sabbāri vijayaṃ akā
Patto sabbaññutaṃ satthā – vande taṃ bodhi pādapaṃ
Ime ete mahā bodhi – loka nāthena pūjitā
ahaṃ pi te namassāmi – bodhirājā namatthu te
Duduk di akarnya, Sang Guru mengatasi semua musuh, menjadi maha mengetahui, kepada pohon Bodhi itu aku memuja.
Pohon-pohon Bodhi itu, dipuja oleh Pelindung Dunia (Buddha), demikian juga saya memujamu. Hormatku padamu, oh Bodhirājā.