Pendahuluan
Sebagai umat Buddha, tentu tak asing dengan kata Dhammadesana atau Dharmadesana. Umumnya Dhammadesana dipahami sebagai ceramah dalam agama Buddha, yang biasanya dilakukan saat puja bakti bersama di sebuah vihara. Menurut Maṅgala Sutta, mendengarkan Dhammadesana di waktu yang sesuai dikatakan sebagai berkah utama (Kālena dhammassavanaṃ etaṃ maṅgalamuttamaṃ. Sn. 268). Selain itu, berdiskusi Dhamma di waktu yang sesuai juga disebut sebagai berkah utama (Kālena dhammasākacchā etaṃ maṅgalamuttamaṃ. Sn. 269). Artikel ini bertujuan untuk menguraikan lebih lanjut apa itu Dhammadesana dan apa saja manfaatnya.
Pengertian Dhammadesana
Kata Dhammadesana dipahami sebagai ceramah Dhamma atau khotbah Dhamma. Kata Dhammadesana tersusun dari dua kata, yaitu: “Dhamma” + “Desanā.” Di sini, “Dhamma” berarti ajaran Buddha, ajaran kebenaran, penuntun moral, dll. Kata “Desanā” merupakan kata benda dari kata kerja “Deseti” yang berarti “menguraikan.” Jadi “Desanā” berarti uraian, babaran, instruksi, khotbah, ceramah, dll. Oleh karena itu, Dhammadesanā juga bisa diterjemahkan sebagai “Uraian Dhamma.” Sedangkan kegiatan mendengarkan Dhamma disebut sebagai “dhammassavana.”
Selain Dhammadesana, umat Buddha tentu pernah mendengar “Dhammasākacchā.” Banyak yang beranggapan bahwa Dhammadesana dan Dhammasākacchā adalah sama. Itu tidak demikian. Dhammadesana dan Dhammasākacchā memiliki perbedaan. Kalau Dhammadesana adalah uraian Dhamma yang disampaikan oleh seorang pembicara. Sedangkan Dhammasākacchā adalah diskusi Dhamma yang disampaikan lebih dari satu pembicara, biasanya melibatkan dua, tiga atau lebih orang untuk mendiskusikan sesuatu yang berkaitan dengan Dhamma. Dalam Dhammasākacchā juga bisa ada hubungan timbal balik antara pembicara dengan pendengar. Pendengar bisa mengajukan pertanyaan atau memberikan pendapat kepada pembicara. Sedangkan dalam Dhammadesana, pendengar hanya mendengarkan ceramah Dhamma sampai ceramah Dhamma diakhiri. Kalau misalnya ada pertanyaan yang ingin diajukan, biasanya diberi kesempatan di akhir ceramah.
Selain Dhammadesana dan Dhammasākacchā, ada satu kata lagi yang sepertinya juga tidak asing di kalangan umat Buddha. Kata itu yaitu “Anusāsana,” yang berarti “nasihat atau instruksi.” Biasanya Anusāsana diberikan oleh bhikkhu, hanya saja dalam durasi yang singkat. Misalnya pada saat berdana makan pagi, bhikkhu yang menerima dana makanan itu biasanya memberikan Anusāsana atau nasihat singkat kepada umat yang telah berdana makanan.
Tempat untuk Menguraikan Dhammadesana
Tempat untuk menguraikan Dhamma sering dikenal sebagai “Dhammasālā.” Kata “Dhammasālā” tersusun dari dua kata, yaitu “Dhamma” (ajaran) + “sālā” (bangunan, rumah, ruangan, dll.) Jadi, Dhammasālā adalah tempat untuk membabarkan atau mendengarkan Dhamma. Di Indonesia, umumnya Dhammasālā juga disebut sebagai vihāra. Padahal, sesungguhnya Dhammasālā dan vihāra sedikit berbeda. Perbedaanya adalah, kalau Dhammasālā adalah bangunan terpisah yang merupakan bagian dari vihāra, sedangkan vihāra adalah keseluruhan tempat, yang di dalamnya terdapat Dhammasālā. Rata-rata di vihāra- vihāra di Sri Lanka memiliki bangunan Dhammasālā yang terpisah. Kegunaanya hanya untuk mendengarkan ceramah Dhamma atau kegiatan-kegiatan lainnya. Tapi, bukan untuk melakukan puja karena tak ada altar di dalam bangunan Dhammasālā. Kalau umat Buddha mau melakukan puja, mereka biasa melakukannya di tiga tempat, yaitu: Stupa, pohon bodhi, dan bangunan untuk menyimpan patung Buddha.
Dhammadesana biasa dilakukan pada saat puja bakti bersama-sama. Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati, biasanya umat akan berkumpul di sebuah vihara untuk membacakan paritta bersama-sama dan pada saat itu pula akan ada pembabaran Dhamma yang bisa disampaikan oleh bhikkhu, samanera, atthasilani, romo pandita, atau pembicara lainnya. Di Indonesia memiliki kebiasaan melakukan puja bakti bersama-sama di sebuah vihara dengan jadwal yang sudah ditentukan. Sementara di Sri Lanka, umat bisa kapan saja melakukan puja bakti, tanpa harus menunggu waktu yang telah ditentukan. Umat Buddha Sri Lanka memiliki kebiasaan melakukan puja di pagi hari dan di sore hari di setiap harinya. Hal semacam ini sudah ditanamkan sejak kecil semasa sekolah. Di sekolah-sekolah di Sri Lanka, sebelum pelajaran dimulai, para siswa dan guru biasanya mengulang Tisaran dan Pancasila, dan juga melakukan Buddha puja. Selain itu, mereka juga melakukan puja di rumah masing-masing.
Dhammadesana di Sri Lanka biasanya hanya digelar sebulan sekali di hari Uposatha atau ketika bulan purnama. Yang menyampaikan Dhammadesana hanyalah bhikkhu atau samanera. Dalam satu hari penuh tersebut, umat Buddha datang ke vihara untuk mempraktikkan atthasila dan juga mendengarkan Dhammadesana. Dalam satu hari itu, bisa ada berkali-kali Dhammadesana yang disampaikan oleh beberapa bhikkhu secara bergantian. Tidak ada istilah romo pandita yang bertugas membabarkan Dhamma. Kalau pun ada umat awam yang menguraikan Dhamma, itu bukan pada sesi Dhammadesana, tetapi pada sesi Dhammasākacchā atau diskusi Dhamma yang melibatkan lebih dari satu pembicara. Di Indonesia, karena jumlah bhikkhu yang masih terbatas, maka dibutuhkan romo pandita untuk membantu menguraikan Dhamma apabila di vihara tersebut tidak ada bhikkhu yang memberikan Dhammadesana. Di Sri Lanka tidak ada romo pandita karena ada banyak bhikkhu yang mudah ditemui untuk membabarkan Dhamma.
Orang yang membabarkan Dhamma biasa dijuluki dengan “Dhammakathika” atau “Pembabar Dhamma.” Membabarkan Dhamma dikatakan sebagai pemberian yang tertinggi. Ada tiga macam dana, yaitu: Amisadāna (dana materi), Abhayadāna (dana ketidaktakutan, kehidupan), dan Dhammadāna (dana ajaran, pengetahuan). Dari ketiga jenis dana ini, Dhammadāna adalah yang tertinggi (Sabbadānaṃ dhammadānaṃ jināti. Dhp. 354). Berdana Dhamma berarti berdana pengetahuan yang benar. Disebut tertinggi karena pemberian pengetahuan yang benar dapat menjadikan seseorang menjadi lebih baik.
Manfaat Mendengarkan Dhammadesana
Memiliki kesempatan untuk mendengarkan Dhammadesana adalah sebuah keberuntungan. Tidak semua orang berkesempatan hadir untuk mendengarkan Dhammadesana. Dhamma yang diajarkan Sang Buddha, yang indah diawalnya, pertengahan, dan di akhirnya adalah ajaran luhur yang sangat langka untuk dijumpai. Dikatakan dalam Dhammapada bahwa sungguh sulit untuk mendengarkan Dhamma yang sejati (Kicchaṃ saddhammassavanaṃ). Karena Dhamma yang sejati adalah Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha. Sementara munculnya Buddha sangat jarang sekali (kiccho buddhānamuppādo. Dhp. 182). Makanya mendengarkan Dhammadesana juga disebut sebagai berkah tertinggi (Kālena dhammassavanaṃ etaṃ maṅgalamuttamaṃ. Sn. 268).
Mendengarkan Dhammadesana tentu memberikan banyak manfaat. Dhammassavana Sutta di Aṅguttara Nikāya, menyebutkan bahwa ada lima manfaat yang bisa diperoleh dari mendengarkan Dhammadesana (pañca ānisaṃsā dhammassavane. A. III. 248). Lima manfaat tersebut antara lain sebagai berikut:
Mendengar apa yang belum pernah didengar (assutaṃ suṇāti)
Dengan mendengar uraian Dhamma, seseorang bisa menambah wawasan dan pengetahuan. Ia dapat mendengar apa yang belum pernah didengar sebelumnya. Ia mendapatkan wawasan baru tentang Dhamma. Semakin sering mendengarkan Dhammadesana maka semakin banyak pula wawasan Dhamma yang dapat ia miliki. Dengan begitu ia dapat memahami Dhamma dengan baik dan dapat mempraktikkan Dhamma dengan benar.
Mengklarifikasi apa yang sudah pernah didengar sebelumnya (sutaṃ pariyodāpeti)
Barang kali topik yang disampaikan saat Dhammadesana bukanlah topik yang baru. Seseorang pernah mendengar sebelumnya. Dengan mendengarkan Dhammadesana lagi, seseorang bisa mengklarifikasi apa yang sudah pernah ia dengan sebelumnya. Dengan begitu apa yang kurang jelas dapat menjadi lebih jelas. Karena sering mendengarkannya berkali-kali, maka inti uraian Dhamma tersebut akan menjadi lebih mudah diingat.
Menghilangkan keraguan (kaṅkhaṃ vitarati)
Dengan mendengarkan Dhamma, seseorang dapat menghilangkan keraguan tentang Sang Buddha dan ajarannya. Dhamma yang diajarkan Sang Buddha sudah begitu jelas dan dapat dipraktikkan di kehidupan nyata, yang membawa pada kebahagiaan di kehidupan ini, selanjutnya, dan pembebasan dari dukkha. Dengan mendengarkan Dhammadesana, seseorang dapat memperkokoh keyakinan. Ia menjadi yakin bahwa Dhamma yang diajarkan Sang Buddha memang demikian adanya. Apabila ia menemukan keraguan tentang Dhamma, dengan mendengarkan Dhammadesana ia akan menjadi mantap dengan pengetahuan yang jelas.
Meluruskan pandangan (diṭṭhiṃ ujuṃ karoti)
Barang kali seseorang telah melakukan kesalahan, namun tak menyadari bahwa itu adalah perbuatan yang salah. Dengan mendengarkan Dhammadesana, seseorang dapat meluruskan pandangan salah yang tidak diketahuinya. Ia dapat menyadari bahwa perbuatan itu adalah salah dan setelah mendengarkan Dhammadesana ia akan memperbaiki diri untuk tidak melakukannya kembali. Dengan mendengarkan Dhammadesana ia dapat memperoleh pandangan benar. Ia akan dapat membedakan mana yang mesti dilakukan dan mana yang semestinya tidak dilakukan.
Pikiran menjadi tenang atau bergembira (cittamassa pasīdati)
Dengan mendengarkan Dhammadesana, batin seseorang menjadi lebih tenang dan damai. Masalah-masalah yang sedang ia hadapi menjadi terasa ringan karena dengan mendengarkan Dhammadesana seseorang dapat menemukan solusi permasalahannya. Dhamma selalu mengajarkan kita untuk melihat ke dalam dan tidak menyalahkan pihak lain. Dengan memahami ini, seseorang, setelah mendengarkan Dhammadesana dapat menjadi lebih tenang. Ia tidak akan dendam atau benci kepada orang lain, karena Dhamma mengajarkan untuk menghilangkan kebencian dan dendam. Batinnya menjadi tenang karena pada saat mendengarkan Dhammadesana, ia memusatkan perhatian pada apa yang disampaikan. Dengan memahami inti dari Dhammadesana, maka ia menjadi puas dan bergembira. Ia menjadi semakin bergembira tatkala menyadari bahwa apa yang ia lakukan selama ini sesuai dengan Dhamma, sesuai dengan apa yang diajarkan Sang Buddha.
Kesimpulan
Dhammadesana adalah kegiatan memberikan uraian Dhamma kepada para pendengar. Tujuannya adalah untuk menyampaikan atau memaparkan pokok-pokok Dhamma kepada pendengarnya. Kegiatan Dhammadesana ini dapat diberikan oleh siapa saja yang ingin berbagai pengetahuan Dhamma. Namun, lazimnya Dhammadesana adalah tugas para bhikkhu. Selain Dhammadesana, ada juga Dhammasākacchā atau diskusi Dhamma. Di sini, orang-orang dapat berkumpul bersama untuk mendiskusikan sesuatu yang berkaitan dengan Dhamma. Mendengarkan Dhammadesana maupun Dhammasākacchā dapat memberikan manfaat yang besar. Ia dapat memperoleh wawasan baru dari mendengar apa yang belum pernah didengar sebelumnya. Ia dapat memantapkan pemahamannya. Ia dapat menghilangan keraguan tentang ajaran yang masih samar-samar ia pahami. Ia juga dapat menemukan pandangan benar atau meluruskan pandangan yang ia miliki sebelumnya. Akhirnya, dengan mendengarkan Dhammadesana seseorang menjadi lebih tenang dan bergembira. Ia menjadi puas karena ia telah mempraktikkan Dhamma dengan baik.
Referensi:
Aṅguttara Nikāya: The Numerical Discourses of the Buddha. Trans. Bhikkhu Bodhi. Boston: Wisdom Publication, 2012.
Dhammapada: The Buddha’s Path of Wisdom. Trans. Ācarya Buddharakkhita. Kandy: Buddhist Publication Society, 2007.
Sutta-Nipāta. Trans. Hammalava Saddhatissa. London: Curzon Press Ltd, 1985.