Cantik atau berparas menarik merupakan harapan semua orang. Wanita menginginkan dirinya terlihat cantik dan pria menginginkan pasangan hidup yang cantik. Kecantikan fisik memang relatif, dan setiap orang memiliki kriteria masing-masing. Dalam hal ini, seorang bisa memiliki penilaian berbeda tentang kecantikan seseorang.
Kalau membahas tentang Buddhisme, kita seperti selalu diarahkan pada penolakan terhadap kecantikan. Ini didiperkuat dengan ajaran untuk melihat bahwa jasmani adalah menjijikkan. Makanya ada salah satu objek meditasi, di mana para meditator diminta untuk merenungkan kebusukan-kebusukan bagian-bagian tubuh. Ajaran tentang ketidakkekalan juga sering digunakan untuk mengingatkan kembali bahwa kecantikan, paras yang bagus, dan kegagahan usia muda akan berangsur-angsur berubah.
Dengan alasan tersebut, Buddhisme seakan miskin dengan konsep kecantikan. Padahal tidak seharusnya begitu. Berparas menarik, cantik, tampan (Vaṇṇa), adalah harapan bagi setiap orang. Dan itu tidak salah bila umat Buddha menginginkan berparas menarik. Namun cantik fisik seharusnya juga diimbangi dengan cantik batin yang bisa diperoleh dengan cara mengembangkan sifat-sifat baik dalam batin masing-masing dan juga tindakan-tindakan yang bermanfaat.
Berbicara tentang kecantikan, mungkin saja ada yang bertanya, bagaimana sih karakteristik kecantikan fisik menurut literatur Buddhis. Jawabannya bisa kita temukan di berbagai tempat, baik di kitab Kanon sendiri, kitab komentarnya, maupun kitab-kitab lain yang disusun untuk menjelaskan ajaran Buddha. Di sini, saya akan memberikan beberapa karakteristik wanit-wanita cantik seperti yang tertera dalam Sāratthadīpanī-ṭīkā, kitab sub-komentar dari Vinaya Piṭaka.
- Nātidīghā: Tidak terlalu tinggi
- Nātirassā: Tidak terlalu pendek
- Nātikisā: Tidak terlalu kurus
- Nātithūlā: Tidak terlalu gemuk
- Nātikāḷikā: Tidak terlalu gelap
- Nāccodātā: Tidak terlalu putih
- Sobhaggappattarūpā: Bentuk yang menawan
- Dīghaṅgulī: Memiliki jari-jari tangan yang panjang
- Tambanakhā: Memiliki kuku yang berwarna seperti warna tembaga
- Alambathanā: Memiliki payudara yang tidak mengendor
- Tanumajjhā: Memiliki pinggang yang langsing
- Puṇṇacandamukhī: Memiliki wajah seperti bulang terang
- Visālakkhī: Memiliki bola mata yang lebar
- Mudugattā: Memiliki tubuh yang lembut
- Sahibhorū: Memiliki paha yang indah (seperti belalai gajah yang dari pangkalnya besar yang semakin mengecil)
- Odātadantā; Memiliki gigi yang putih
- Gambhīranābhī: Memiliki pusar yang dalam
- Tanujaṅghā: Memiliki betis yang langsing
- Dīghanīlavellitakesī: Memiliki rambut yang panjang, berwarna hitam gelap, dan berombak
- Puthulasussoṇī: Memiliki pinggul yang besar
- Nātilomā: Tidak terlalu banyak memiliki bulu badan
- Nālomā: Tidak tidak memiliki bulu badan (memiliki bulu badan tapi sedikit)
- Subhagā: Organ kelaminnya pas sesuai dengan tempatnya
- Utusukhasamphassā: Memiliki tubuh yang menyenangkan bila disentuh di berbagai musim
- Saṇhā: Halus atau lembut
- Sakhilasambhāsā: Memiliki suara yang menyenangkan
- Nānābharaṇavibhūsitā vicaranti: Pergi setelah berdandan dengan berbagai perhiasan kecantikan
- Sabbadāpi soḷasavassuddesikā viya: Selalu terlihat seperti umur enam belas tahun
Karakteristik-karakteristik di atas bukanlah kriteria cantik, karena setiap orang memiliki kriteria masing-masing yang mungkin berbeda-beda. Karakteristik tersebut digunakan di Sāratthadīpanī-ṭīkā untuk menggambarkan wanita-wanita cantik di Uttarakuru.