Saturday, November 25, 2017

Memaknai Hari Ibu Menurut Buddhis

0 comments

Memaknai Hari Ibu Menurut Buddhis

Sukhā matteyyatā loke, Atho petteyyatā sukhā:
Sungguh bahagia merawat ibu, sungguh bahagia merawat ayah.
(Dhammapada. 332)

Pendahuluan

Hari ibu jatuh pada tanggal 22 Desember. Setiap tanggal ini semua orang merayakannya. Sebenarnya tujuan ditetapkannya hari ibu bukan untuk sebuah perayaan, tetapi untuk mengingatkan kembali jasa-jasa luhur yang dilakukan seorang ibu kepada anak-anaknya. Ibu adalah orang yang melahirkan anak-anaknya. Mengandungnya dikandungan selama kurang lebih sembilan bulan. Dan ketika waktunya tepat, ibu berjuang melawan maut demi kelahiran sang buah hati. Betapa besar perjuangan seorang ibu. Itulah mengapa hari ibu seharusnya dimaknai secara benar. Di sini, kita akan membahas bagaimana memaknai hari ibu menurut sudut pandang Buddhis.

Ibu 

Ibu adalah makhluk yang sangat berjasa besar untuk anak-anaknya. Dalam Buddhis, ibu dan ayah atau orangtua disebut sebagai Brahma (brahmāti mātāpitaro. A. I. 131). Kalau dari sudut pandang agama lain, Brahma adalah pencipta alam semesta dan seisinya,  menurut Buddhis, orangtua adalah Brahma. Karena orangtualah anak dilahirkan. Bukan turun dari langit tiba-tiba. Bukan pula muncul dari tanah tiba-tiba. 

Selain itu, orangtua memiliki kualitas-kualitas seperti makhluk Brahma. Memiliki cinta kasih (mettā), kasih sayang (karuṇā), simpati (muditā), dan keseimbangan batin (upekkhā). Mettā Sutta mengatakan bahwa seseorang seharusnya mengembangkan cinta kasih tanpa batas kepada semua makhluk seperti seorang ibu yang melindungi putra tunggalnya (Mātā yathā niyaṃ puttamāyusā ekaputtamanurakkhe. Sn. 149).

Ibu dan ayah juga disebut sebagai dewa pertama (pubbadevatāti) dan sebagai guru guru pertama (pubbācariyāti. A. I. 132). Ibu dan ayah adalah dewa bagi anaknya. Mereka adalah penyelamat ketika anak masih tak tahu apa-apa. Selain itu mereka juga sebagai guru pertama karena merekalah yang pertama kali mengajarkan apa yang perlu kepada anaknya. Mereka yang menunjukkan dunia. Oleh karena menghormati orangtua adalah hal yang dianjurkan oleh para bijaksanawan (Mātāpitūnaṃ, bhikkhave, upaṭṭhānaṃ paṇḍitapaññattaṃ sappurisapaññattaṃ. A. I. 151).

Sigālovada Sutta memberikan uraian tentang tugas dan kewajiban anak terhadap orangtua. Ada lima hal yang perlu dilakukan anak terhadap orangtua, yaitu:

  • Setelah didukung olehnya saya akan mendukungnya kembali (bhato ne bharissāmi) 
  • Saya akan melakukan pekerjaan untuk mereka (kiccaṃ nesaṃ karissāmi) 
  • Saya akan menjaga tradisi keluarga (kulavaṃsaṃ ṭhapessāmi) 
  • Saya akan membuat diriku layak untuk menerima warisan (dāyajjaṃ paṭipajjāmi)
  • Saya akan membuat persembahan kepadanya setelah meninggal (atha vā pana petānaṃ kālaṅkatānaṃ dakkhiṇaṃ anuppadassāmīti. D. III. 190).

Bersujud kepada Ibu dan Ayah di Hari Ibu

Bersujud atau menghormat kepada orang yang layak menerima penghormatan dikatakan sebagai berkah utama (Pūjā ca pūjaneyyānaṃ etaṃ maṅgalamuttamaṃ. Sn. 259). Ibu dan ayah adalah orang yang sangat layak menerima penghormatan dari anak-anaknya (āhuneyyā ca puttānaṃ. A. I. 132). Untuk memaknai hari ibu, sebaiknya anak-anak melakukan sujud atau Namakkāra kepada kedua orangtua. Kebiasaan baik ini sudah diterapkan oleh anak-anak di Sri Lanka. Bahkan mereka bersujud kepada orangtua bukan hanya di hari ibu saja. Ada yang menerapkan sujud kepada orangtua setiap hari. Kebiasaan baik ini sudah berjalan sangat lama. Dan gatha atau syair untuk menghormat kepada ibu dan ayah sudah dibuat ratusan tahun atau bahkan ribuan tahun yang lalu. Dan setiap pagi, selain mereka melakukan penghormatan kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha, mereka juga mengucapkan syair-syair yang berisi tentang penghormatan kepada ibu dan ayah. Kebiasaan ini bisa ditiru. Dan syair-syair penghormatan kepada ibu dan ayah ini bisa diucapkan ketika sedang bersujud di kaki ibu dan ayah.
Syair menghormat ibu:
Dasamāse urekatvā
Posesi vuḍḍhikāraṇaṃ
Āyudīghaṃ vassasataṃ 
Mātupādaṃ namāmahaṃ
Aku bersujud di kaki ibu, yang telah mengandung selama sepuluh bulan, merawat dan membesarkanku. Semoga ibu berumur panjang sampai seratus tahun.

Syair untuk menghormat ayah:
Vuḍḍhikāro āliṅgitvā
Cumbitvā piyaputtakaṃ
Rājamajjhaṃ suppatiṭṭhaṃ
Pitupādaṃ namāmahaṃ
Aku bersujud di kaki ayah, yang telah membesarkanku, memelukku, dan menciumku dengan kasih sayang. Semoga ayah selalu dihormati seperti raja yang baik.

Kesimpulan

Hari ibu adalah momen yang sangat penting yang mengingatkan anak tentang betapa besarnya jasa ibu. Orangtua adalah Brahma, dewa, sekaligus guru pertama bagi anak yang memperkenalkan dunia. Buddhisme sangat menghargai orangtua dan mengajarkan ajaran untuk menghormati orangtua. Di hari ibu ini, anak bisa melakukan penghormatan kepada ibu dan ayah. Anak bisa bersujud di kaki ibu dan ayah dan mengucapkan terima kasih. Hari ibu akan menjadi jauh lebih bermakna apabila anak memberikan kesan tersendiri kepada ibu dan ayahnya. Salah satunya adalah dengan bersujud di kaki mereka. Selain itu menjalankan tugas dan kewajiban anak terhadap orangtua dengan baik. 

Referensi:

Aṅguttara Nikāya: The Numerical Discourses of the Buddha. Trans. Bhikkhu Bodhi. Boston: Wisdom Publication, 2012.
Dhammapada: A path of Morals. Trans. David. J. Kalupahana. Nedimala: Buddhist Cultural Centre, 2008.
Dīgha Nikāya: The Long Discourses of the Buddha. Trans. Maurice Walshe. Boston: Wisdom Publications, 2012.
Sutta-Nipāta. Trans. Hammalava Saddhatissa. London: Curzon Press Ltd, 1985.

No comments:

Post a Comment