Thursday, January 11, 2018

Perdebatan menurut buddhis

3 comments

Perdebatan menurut buddhis


Perdebatan ajaran agama sudah sangat populer jauh sebelum Buddhisme muncul. Di India pada waktu itu, di setiap perempatan jalan atau pusat keramaian terdapat pavilion  khusus yang disediakan untuk berdebat yang dikenal dengan Samayappavādaka sāla. Para pemuka agama berkumpul di sini dan  saling berargumen satu sama lain, saling menjatuhkan pendapat, dan saling menyalahkan pandangan ajaran lain. Setiap orang mempertahankan pandangannya masing-masing dengan mengklaim dirinya sendiri sebagai yang benar dan yang di luar itu salah (idameva saccaṃ moghaṃ aññaṃ). Akibatnya mereka beradu mulut untuk mempertahankan pandangan masing-masing (te aññamaññaṃ mukhasattīhi vitudantā vicaranti).

Menurut Buddha, perdebatan bukanlah jalan untuk membenarkan kebenaran. Kebenaran hanya ada satu, yang mengetahuinya tidak akan memperdebatkannya (ekañhi saccaṃ na dutīyamathi, yasmiṃ pajā no vivade pajānaṃ). Buddha tidak mengapresiasi perdebatan karena Buddha tahu bahwa dalam perdebatan, tidak ada kedamaian, yang ada hanya kebencian dan permusuhan. Ini menyebabkan konflik yang berkepanjangan.

3 comments:

  1. Permisi samanera, apakah bisa diberitahukan, sutta yang digunakan apa saja dan bagian yang mana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya mengutip salah satu syair di Cūlaviyūha sutta dari Sutta Nipāta. Kalau mau meneliti lebih dalam, saya menganjurkan anda untuk membaca Kalahavivāda Sutta, Cūlaviyūha Sutta, dan Mahāviyūha Sutta dari Sutta Nipāta. Terima kasih

      Delete
    2. Saya mengutip salah satu syair di Cūlaviyūha sutta dari Sutta Nipāta. Kalau mau meneliti lebih dalam, saya menganjurkan anda untuk membaca Kalahavivāda Sutta, Cūlaviyūha Sutta, dan Mahāviyūha Sutta dari Sutta Nipāta. Terima kasih

      Delete