Kehidupan ini memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi. Setiap keputusan memiliki risiko yang harus ditanggung. Berani memilih, berarti harus berani mempertanggungjawabkan pilihannya. Dalam hal ini keyakinan menjadi hal penting yang harus dimiliki.
Keyakinan yang harus dimiliki minimal keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Seseorang harus yakin untuk bisa mewujudkan apa yang dicita-citakannya. Selain itu, seseorang juga harus memiliki keyakinan terhadap hukum konsekuensi. Keyakinan ini membantu seseorang dalam memahami bahwa apa yang seseorang lakukan akan memiliki dampak. Sekecil apapun dampaknya, seseorang harus berhati-hati dalam mengambil keputusan.
Banyak sekali contoh keberhasilan karena keyakinan yang kuat. Ambil contoh Wright. Berkat keyakinannya yang kuat, Wright berhasil mencatat sejarah dengan menciptakan pesawat. Meskipun pada awalnya, gagasan untuk menciptakan pesawat dianggap gila. Banyak yang menertawakannya, menghinanya dan mencemoohnya. Namun Wright tetap percaya diri dan terus berusaha untuk mewujudkannya. Hingga akhirnya ia berhasil mencatat sejarah dengan karyanya.
Makanya keyakinan adalah modal utama yang harus dimiliki untuk memulai melakukan sesuatu. Dalam agama Buddha, keyakinan juga sangat penting untuk dimiliki. Buddha mengatakan bahwa keyakinan adalah kekayaan terbaik bagi manusia (saddhīdha vittaṃ purisassa seṭṭhaṃ). Namun keyakinan ini bukan sekadar keyakinan yang membabi buta (amūlikā saddhā), tetapi adalah keyakinan yang didasari dengan kebijaksanaan (ākāravatī saddhā). Keyakinan yang seperti ini sangat penting. Karena keyakinan yang membabi buta membuat seseorang melakukan sesuatu karena nekat. Sementara yang memiliki keyakinan yang disertai kebijaksanaan, ia akan melakukan sesuatu karena tekad. Tekat dan nekat memiliki perbedaan yang mencolok. Utamanya tentang kesiapan dan pemahaman tentang apa yang akan dilakukan.
Keyakinan sangatlah penting untuk dimiliki. Kenapa? Karena sesuatu yang dilakukan tanpa dengan keyakinan yang kuat umumnya akan berhenti di tengah jalan. Itulah mengapa, agar kita teguh mempraktikkan Dhamma, kita harus punya keyakinan yang kuat bahwa Dhamma itu benar adanya. Diibaratkan seperti menanam padi untuk memanen hasilnya, Buddha juga menanam benih untuk mencapai pencerahan. Buddha mengatakan, “Keyakinan adalah bibitku, keteguhan praktik adalah hujan, sedangkan kebijaksanaan adalah bajakku (saddhā bījaṃ, tapo vuṭṭhi, paññā me yuganaṅgalaṃ).”
Keyakinan merupakan salah satu syarat penting untuk mencapai keberhasilan dalam mempraktikkan Dhamma atau pun untuk mencapai keberhasilan di bidang lainnya. Ada sebuah kisah menarik. Dikisahkan Pangeran Bodhirājā bertanya kepada Buddha tentang berapa lama seorang bhikkhu dapat mencapai tujuan Nibbāna. Kemudian Buddha bertanya balik kepada Pangeran Bodhirājā yang juga terampil dalam seni menunggang gajah. Buddha bertanya, “Ketika seseorang datang kepada Pangeran untuk mempelajari seni menunggang gajah, tetapi tidak memiliki keyakinan, dapatkah ia mencapai apa yang harus dicapai melalui keyakinan? Sementara tidak memiliki jasmani yang sehat, dapatkah mencapai apa yang harus dicapai melalui jasmani yang sehat? Sementara memiliki sifat selalu berpura-pura, dapatkah mencapai apa yang harus dicapai melalui sifat bebas dari kepura-puraan? Sementara suka bermalas-malasan, dapatkah mencapai apa yang harus dicapai melalui usaha keras? Sementara ia dungu, dapatkah ia mencapai apa yang dicapai melalui kebijaksanaan?” Pangeran Bodhirājā menjawab, “Jangankan lima hal, memiliki kekurangan satu saja, seseorang tidak akan berhasil mempelajari seni menunggang gajah darinya.” Seperti itu pula, untuk mencapai tujuan Nibbāna, seseorang perlu memiliki kelima hal itu. Memiliki kekurangan satu saja, seseorang tidak akan berhasil mencapai Nibbāna. Tanpa adanya keyakinan yang kuat, seseorang tak aka nada niat untuk mempelajari Dhamma, apalagi mempraktikkannya.