NGUNDUH WOHING PAKARTI
“Ngunduh wohing pakarti” adalah sebuah pepatah Jawa yang secara harafiah berarti memetik buah perbuatan. Pepatah jawa selalu mengandung petuah atau nasihat. Seperti pepatah “Ngunduh wohing pakarti” ini mengandung nasihat untuk memahami hukum karma. Pepatah itu merepresentasikan ajaran hukum karma yang berdasar prinsip siapa yang menanam ia yang akan memetiknya.
Sesungguhnya gagasan ini diambil dari ajaran Buddha tentang ajaran hukum karma atau hukum sebab akibat. Buddha mengajarkan bahwa sesuai dengan benih yang ditabur, demikian pula yang akan dipetiknya (yādisaṃ vapate bījaṃ, tādisaṃ harate phalaṃ). Pelaku kebaikan akan memetik kebaikan, pelaku keburukan akan memetik keburukan (kalyāṇakārī kalyāṇaṃ, pāpakārī ca pāpakaṃ).
Dengan adanya ajaran hukum karma ini, perilaku manusia akan lebih tertata. Orang yang memahami hukum karma akan menjaga perbuatannya, baik melalui pikiran, ucapan, maupun jasmani. Orang akan memahami bahwa segala sesuatu muncul karena sebab dan akibat. Siapa pun yang menciptakan sebabnya, ia akan menerima akibatnya. Dengan begitu ia juga akan mudah menerima segala sesuatu yang terjadi padanya, karena pada dasarnya apa yang terjadi tidak lepas dari apa yang ia sebabkan.
Sayangnya pengertian karma di Indonesia banyak yang disalahpahami sehingga menimbulkan pengertian yang seram. Kejadian-kejadian yang negatif dibilang karma. Dan banyak orang yang menggunakan karma sebagai media pengutukan.
Itu tidak benar. Karena karma sesungguhnya berarti perbuatan, bisa baik dan bisa buruk. Perbuatannya disebut karma atau kamma sementara akibatnya disebut karma vipaka atau kamma vipaka. Jadi karma tidak boleh diartikan sebagai hal yang negatif. Segala bentuk perbuatan yang didasari niat atau kehendak disebut karma. Dan itu akan menghasilkan akibat di kemudian hari.