saṃsāra
Kehidupan saṃsāra ini tak bisa dilacak lagi awal mulanya (anamataggoyaṃ). Kita telah mengembara dari berbagai kehidupan karena rintangan ketidaktahuan (avijjānīvaraṇānaṃ) dan belenggu nafsu keinginan (taṇhāsaṃyojanānaṃ). Saking banyaknya kehidupan yang telah kita lewati, air mata yang tumpah karena berkumpul dengan orang yang tidak disukai (amanāpasampayogā) dan berpisah dengan orang-orang yang dicintai (manāpavippagoyā) sudah melebihi air dari empat samudera yang maha luas. Telah kita alami penderitaan karena berpisah dengan ayah, ibu, saudara, anak, kerabat, dll. Telah kita alami derita karena kehilangan-kehilangan (Assu Sutta, S. II. 179).
.
.
Akhir dari semua penderitaan ini adalah pantai seberang atau Nibbāna. Namun kenyataannya dari sekian banyak manusia, hanya sedikit yang bisa sampai di pantai seberang. Sementara yang lain hanya berjalan hilir mudik di tepian pantai ini (Appakā te manussesu ye janā pāragāmino athāyaṃ itarā pajā tiram evānudhāvati).
.
.