Setiap agama memiliki cara tersendiri dalam berdoa. Masing-masing agama memiliki cara berdoa yang berbeda-beda. Pengertian doa dalam agama Buddha memang sedikit berbeda dengan pemahaman doa yang dimiliki agama-agama teistik pada umumnya. Dalam agama-agama teistik, para pengikutnya berdoa dengan melakukan sebuah ritual keagamaan dan dengan cara itu mereka meminta kepada Yang Maha Adikuasa supaya dikabulkan permohonannya. Sementara dalam ajaran Buddha, cara seperti itu tidak ditemukan. Terus bagaimana cara Buddhis berdoa?
Kita harus kembali melihat latar belakang agama Buddha sebelum kita membahas pokok permasalahan ini lebih lanjut. Hal yang perlu diketahui, di India pada waktu itu, abad ke 6 SM, secara garis besar tradisi keagamaan dikelompokkan menjadi dua aliran, yaitu tradisi Brahmanisme dan Sramanaisme. Dua aliran ini boleh dikatakan memiliki pemikiran yang kontras. Aliran Brahmanisme memegang erat bahwa manusia dan seisinya diciptakan oleh makhluk Adi Kuasa yang disebut Brahma. Dipercayai bahwa Brahma adalah pencipta dari segala sesuatu, menciptakan alam semesta dan seisinya, termasuk mengatur segala sesuatu yang terjadi di alam semesta. Ritual keagamaan yang dilakukan oleh aliran Brahmanisme adalah melakukan pengorbanan (yaga), dengan membunuh binatang-binatang kurban untuk dipersembahkan kepada Brahma. Dengan cara itu, orang-orang bisa memperoleh berkah, pahala, dan terkabulkan apa yang diinginkannya.
Sementara tradisi Sramanaisme menolak konsep yang diutarakan oleh aliran Brahmanisme. Sramanaisme berdiri dengan pandangan bahwa tidak ada makhluk Adi Kuasa yang menciptakan alam semesta dan mengaturnya seperti yang diinginkannya. Dengan kata lain, Sramanaisme tidak menyetujui pandangan Brahma sebagai pencipta dan pengantur segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini. Pada saat yang sama, Sramanaisme menolak praktik pengorbanan dengan membunuh banyak binatang untuk memperoleh berkah. Sramanaisme cenderung lebih menekankan praktik mengendalikan pikirannya sendiri, memperoleh kedamaian dengan cara meditasi. Sramanaisme menekakankan ajaran ‘Tanpa Kekerasan (Ahimsa)’ dengan tidak melukai atau membunuh makhluk hidup. Semua makhluk hidup berhak untuk hidup bebas dan memperoleh kedamaian yang sama seperti manusia.
Agama Buddha adalah salah satu agama dari aliran Sramanaisme. Agama Buddha tidak menyetujui Brahma atau Makhluk Adi Kuasa dengan sebutan lain sebagai pencipta alam semesta dan mengontrol segala sesuatu yang terjadi di dalamnya. Bagi Agama Buddha, awal terbentuknya alam semesta tak dapat diperkirakan. Dan itu bukan diciptakan oleh siapapun, melainkan proses yang begitu panjang. Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini juga bukan karena kehendak makhluk Adi Kuasa, tetapi karena sebab-musabab yang cukup kompleks. Misalnya, ketika orang sakit. Kesakitan itu tidak diberikan oleh siapa pun, tapi karena alasan-alasan yang kompleks seperti karena sifat alami dari tubuh ini, karena cuaca atau iklim, karena karma masa lampau, atau sebab-sebab lainnya. Makanya dalam agama Buddha, segala sesuatu yang terjadi adalah konsekuensi. Kegagalan bukanlah cobaan atau ujian dari siapa pun. Dan keberhasilan bukanlah hadiah yang diberikan oleh siapa pun.
Dengan begitu, cara berdoa dalam agama Buddha tidaklah dengan meminta-minta kepada siapa pun. Doa dalam agama Buddha lebih mendekat pada usaha untuk menciptakan sebab-sebab dari keinginan yang diharapkan. Selain usaha nyata, agama Buddha mendorong pengikutnya untuk banyak berbuat kebajikan karena kebajikan merupakan salah satu sebab yang mendorong matangnya buah karma. Keberhasilan tidak lepas dari buah karma baik yang dilakukan seseorang. Makanya berbuat sebanyak mungkin kebajikan adalah salah satu cara umat Buddha berdoa.
Perbedaan yang mencolok antara agama Buddha dengan agama-agama teistik pada umumnya adalah bagaimana cara umat Buddha berdoa. Para pengikut agama teistik, melakukan ritual keagamaan, menjalankan segala perintah agama dan menjauhi segala larangan agama, untuk menyenangkan makhluk Adi Kuasa karena dengan itu mereka bisa mendapat berkah, pahala, dan akan dikabulkan harapan-harapannya. Makhluk Adi Kuasa yang menentukan berkah atau pahala yang orang-orang lakukan. Akhirnya para pengikut aliran ini, rata-rata akan melakukan kebajikan untuk Pujaanya dan menghindari kejahatan karena takut kalau Pujaanya murka dan bisa menyebabkan banyak malapetaka.
Sementara pengikut agama Buddha berdoa dengan cara berbuat banyak kebajikan, saling menolong sesama, menjauhi segala bentuk perbuatan jahat, dan membersihkan batin masing-masing, untuk memperoleh karma baik atau manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Umat Buddha berbuat kebajikan bukan untuk menyenangkan Buddha, tetapi karena umat Buddha sadar bahwa kebajikan yang akan melindunginya dan perbuatan baik akan membawa manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Umat Buddha menghindari kejahatan karena mengetahui bahwa kejahatan membawa penderitaan dan bahaya bagi diri sendiri dan orang lain. Singkatnya, kebajikan yang dilakukan umat Buddha bukan untuk kepentingan Buddha atau Makluk Adi Kuasa, tapi untuk kepentingan diri sendiri dan orang lain.
Ringkasnya, umat Buddha berdoa dengan cara melakukan banyak perbuatan baik dan menghindari kejahatan untuk kebahagiaan dan manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Trima kasih atas pemberitaannya😇💕💗
ReplyDeletebagus sekali pembahasannya...luar biasa.. Sotthi Hotu
ReplyDelete