Friday, November 30, 2018

Sungguh Beruntung Hidup sebagai Manusia

0 comments
Seperti yang kita tahu, ada berbagai jenis makhluk hidup di muka bumi ini. Ada manusia, binatang, dan makhluk-makhluk lain yang tak tampak oleh mata biasa. Menurut Buddhis, terlahir sebagai manusia adalah sebuah keberuntungan yang besar. Terlahir sebagai manusia tidaklah gampang. Dalam Dhammpada dikatakan “Sungguh jarang terlahir sebagai manusia (kiccho manussapaṭilābho. Dhp. 182)”. Kalau dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain, memang jumlah manusia tidaklah banyak. Dibandingkan dengan binatang yang memiliki beragam jenisnya, manusia tidaklah seberapa. Itulah mengapa terlahir sebagai manusia adalah keberuntungan besar. Dalam beberapa sutta, Buddha sering  kali mengumpamakannya dengan seekor kura-kura buta yang muncul ke permukaan laut seratus tahun sekali, dan sangat sulit sekali bagi kura-kura tersebut untuk bisa muncul dan memasukkan kepalanya di sebuah gandar dengan satu lubang yang dilemparkan oleh seseorang. Seperti itu pula betapa sulit dan jarang bagi makhluk untuk bisa terlahir sebagai manusia (S. V. 456).

Tentu ada keistiwemaan tersendiri bagi makhluk yang disebut manusia. Manusia atau yang dalam bahasa Pali disebut ‘Manusso’ adalah makhluk yang memiliki potensi besar untuk mengembangkan batinnya hingga level yang paling tinggi (Mano ussannamassāti manusso). Manusia memiliki pikiran dan akal yang bisa dikembangkan. Manusia memiliki potensi luar biasa dibandingkan dengan makhluk lain. Salah satu keberuntungan bagi manusia adalah, ia bisa mendengarkan ajaran Sang Buddha, dan bisa mempraktikkannya untuk mencapai pembebasan akhir. Dan salah satu syarat untuk menjadi Sammāsambuddha adalah manusia. Untuk menjadi bhikkhu di bawah bimbingan seorang Buddha juga haruslah manusia. 

Munculnya seorang Buddha sangatlah jarang (kiccho buddhānamuppādo), dan untuk bisa mendengarkan ajarannya sangatlah jarang (kicchaṃ saddhammassavanaṃ. Dhp. 182). Manusia yang terlahir di saat Buddha muncul berarti manusia yang sangat beruntung, apalagi bisa berkempatan mendengarkan ajarannya dan mencapai tingkat-tingkat kesucian. Munculnya seorang Buddha di muka bumi adalah sebuaah keberuntungan yang tak terbandingkan. Manusia berkesempatan bertemu dan mendengarkan Dhammanya. Manusia berkesempatan untuk menjadi bhikkhu di bawah bimbingan beliau. Dan kalau tidak meninggalkan kehidupan keduniawian, hidup sebagai perumah tangga, manusia berkesempatan berbuat banyak kebajikan yang besar. Manusia bisa berdana kebutuhan para bhikkhu sangha dan Buddha sendiri. Berdana kepada Sangha dikatakan memiliki buah yang besar. Bahkan ada beberapa dewa yang menyamar menjadi manusia hanya untuk berdana makanan kepada bhikkhu sangha. Ada juga makhluk lain yang menyamar menjadi manusia supaya ditahbis menjadi bhikkhu.

Kalau melihat ke beberapa kasus, alam manusia lebih menguntungkan daripada alam surga atau dewa, khususnya ketika seorang Buddha muncul. Biasanya di alam dewa, sebelum dewa meninggal, ada sebuah tanda-tanda yang menunjukkan bahwa dewa tersebut akan segera meninggal. Salah satu cirinya adalah cahayanya yang semakin meredup. Pada saat itu para dewa yang lain memberikan nasihat kepadanya dan juga memberikan harapan yang baik kepadanya. Para dewa malah mengharapkannya supaya terlahir sebagai manusia dan bisa mempraktikkan kehidupan suci. Itulah mengapa sesungguhnya, kita sebagai manusia, lebih beruntung daripada mereka, terlebih kalau kita berkesempatan untuk mempelajari Dhamma dan mempraktikkannya. 

No comments:

Post a Comment