Sunday, January 6, 2019

Arti Kalimat “Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā”

4 comments
Kalimat “Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā” cukup terkenal di kalangan umat Buddha. Kalimat ini sudah seperti matranya umat Buddha, yang selalu diucapkan di berbagai kesempatan, utamanya di saat mengakhiri meditasi maupun mengakhiri khotbah Dhammma. Dan stiker “Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā” juga banyak ditemukan di kaca-kaca mobil, sepeda motor, maupun di atas pintu rumah. Makanya kalimat ini menjadi cukup populer, dengan makna “Semoga semua makhluk hidup berbahagia.”



Umat Buddha juga sangat familiar dengan sutta yang bernama Karaṇīyametta Sutta atau Metta Sutta dan sering mengulangnya dalam setiap puja bakti. Sesungguhnya, kalimat “Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā” hanya ditemukan di sutta tersebut dan kitab komentarnya. Dalam literatur Pāli, Karaṇīyametta Sutta muncul dalam dua buku, yaitu di Sutta Nipāta dan di Khuddakapātha, dari Khuddaka Nikāya.

“Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā” adalah sepenggal kalimat dalam Karaṇīyametta Sutta atau Metta Sutta menurut versi Sri Lanka. Dalam versi Burma, kalimat itu muncul dalam bentuk sandhi atau kata yang sudah dikombinasikan, menjadi “Sabbasattā Bhavantu Sukhitattā.” Perbedaannya hanya ada di kata “Sabbasattā.” Dan ini bukanlah kesalahan, sebab secara aturan tata bahasa Pāli, keduanya adalah benar. 

Kalimat “Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā” diterjemahkan sebagai “Semoga semua makhluk hidup berbahagia.” Kalau dianalisis kata per katanya menjadi seperti berikut:
Sabbe: Semua
Sattā: Makhluk
Bhavantu: Semoga menjadi
Sukhitattā: Bahagia dalam diri

Semua makhluk (Sabbe Sattā) di sini bukan hanya makhluk manusia, tetapi mencakup semua makhluk hidup, baik yang tampak maupun tidak, terlahir maupun belum terlahir, kasar maupun halus. Tidak hanya manusia semata, binatang dan juga makhluk-makhluk lain juga termasuk. Semua makhluk di sini mengacu pada objek yang luas. Seperti yang tertera dalam dalam Karaṇīyametta Sutta, objeknya antara lain: semua makhluk apapun yang ada (Ye keci pāṇabhūtatthi), yang goyah (tasā), yang kokoh (thāvarā), tanpa kecuali (anavasesā), yang panjang (dīghā), yang besar (mahantā), yang sedang (majjhimā), yang pendek (rassakā), yang kecil (aṇukā), yang gemuk (thūlā), yang tampak (diṭṭhā), yang tak tampak (adiṭṭhā), yang jauh (dūre vasanti), yang dekat (avidūre), yang menjadi (bhūtā), atau pun yang belum menjadi (sambhavesī). Semuanya tanpa kecuali diharapkan semoga menjadi bahagia. Jadi saat umat Buddha mengucapkan “Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā”, pikirannya dipenuhi pikiran cinta kasih yang mengharapkan semua makhluk tanpa kecuali berbahagia. Ini adalah perwujudan dari Metta atau cinta kasih. Karena cinta kasih sifatnya adalah tanpa batas, maka objek dari cinta kasih juga tidak terbatasi oleh apapun. Apapun makhluknya, seperti apa bentuknya, apapun agamanya, sukunya, semuanya berhak mendapatkan kebahagiaan. Oleh sebab itu, umat Buddha mengharapkan mereka semua agar mendapatkan kebahagiaan masing-masing.  

4 comments:

  1. sebaiknya diedit sedikit untuk kata makhluk hidupnya menjadi makhluk saja. Karena pengertian kata hidup itu adalah bernyawa, sedangkan pengertian sesungguhnya adalah mencakup semua makhluk. Mohon diubah karena ini menyangkut pengertian yang lebih baik. Semoga semua makhluk berbahagia, Sadhu Sadhu Sadhu.

    - Rony Joe

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau tidup apakah dapat merasakan kebahagiaan? justru dengan hidup baru bisa merasakan apa itu kebahagiaan. semua makhluk itu hidup. baik tumbuhan , hewan. manusia dll yang belum kita ketahui

      Delete
  2. https://www.kompasiana.com/komjenrg6756/5eb2cdccd541df2ae925ec96/makna-sabbe-satta-bhavantu-sukhitatta

    Copa dri web diatas

    ReplyDelete
  3. kenapa hidup seperti tidak ada tujuan tidak bahagia selama hidup

    ReplyDelete