Saturday, January 19, 2019

Kebencian Jangan Dibalas Dengan Kebencian

0 comments
Kelihatannya memang sulit untuk tetap tidak emosi dan tidak memunculkan kebencian sedikit pun meskipun kita sedang disakiti oleh orang lain. Namun itulah ajaran Buddha yang sesungguhnya. Buddha mengajarkan untuk mengalahkan kebencian dengan tanpa kebencian, kemarahan dengan tanpa kemarahan, dan kekerasan dengan tanpa kekerasan. Buddha mengatakan bahwa di dunia ini kebencian tak akan pernah berakhir bila dibalas dengan kebencian. Hanya dengan tanpa kebencian, kebencian akan berakhir. Ini adalah hukumnya (Na hi verena verāni, sammantīdha kudācanaṃ; Averena ca sammanti, esa dhammo sanantano. Dhp. 5). 

Sepanjang sejarah hukum itu akan tetap berlaku. Sebagaimana api yang memiliki sifat alami panas, demikian juga kebencian memiliki sifat alami penderitaan. Kebencian bagaikan api yang hanya akan padam dengan air. Bukan dengan dedaunan kering atau bahan yang mudah terbakar lainnya. Kebencian akan berakhir bila dibalas dengan cinta kasih atau tanpa membenci. Memberikan balasan balik berupa benci yang serupa, ibarat api yang disiram dengan bahan bakar, sehingga bukannya padam, api malah semakin menjadi-jadi. Sama halnya kebencian yang dibalas dengan kebencian, maka perang semakin menjadi-jadi.

Meski dalam kondisi yang kritis dan berbahaya sekalipun, kalau kita memunculkan kebencian sebagai reaksi penolakan kita, dikatakan kita sedang tidak mempraktikkan ajaran Buddha. Kita tidak melaksanakan ajaran Buddha kalau kita membenci atau menyimpan dendam kepada orang yang berusaha melukai kita. Karena ajaran Buddha berlaku dalam semua kondisi, baik senang maupun susah, mendesak maupun tidak, aman maupun berbahaya. Ajaran tanpa membenci tetap harus dipraktikkan di semua kondisi. Pernah suatu ketika, Buddha memberikan nasihat kepada bhikkhu mengenai hal ini. 

Dalam sebuah sutta bernama Kakacūpama Sutta dari Majjhima Nikāya, Buddha memberikan nasihat kepada Bhikkhu Phagguna bahwa biarpun dihantam dengan tangan, bongkahan batu, tongkat, atau dengan pisau, hendaknya pikiran tidak terpengaruh, tidak berucap kata-kata kasar, tetap berdiam dengan kasih sayang demi kesejahteraannya, dengan pikiran cinta kasih, dan tanpa kebencian kepadanya. Sekalipun para penjahat dengan kejam memotong bagian tubuh dengan gergaji, siapa yang memendam pikiran benci terhadap mereka, berarti ia sedang tidak melaksanakan ajaran-Nya (M. I. 129).

Meskipun orang lain telah membuat kita terluka atau tersakiti karenanya, membenci, memaki-makinya, atau menyimpan dendam kepadanya bukanlah praktik ajaran Buddha. Buddha tetaplah konsisten dan tak memihak siapapun. Sekalipun pada penjahat, Buddha tetap menasihati umatnya untuk menyebarkan cinta kasih dan tidak membencinya. Seburuk apapun seseorang saat ini, ia masih memiliki kesempatan untuk menjadi baik di masa depan. Meskipun orang lain telah berbuat jahat dan curang kepada kita, hendaknya kita tak membalasnya dengan perbuatan yang serupa. Apabila mereka berbuat jahat kepada kita dan kita membalasnya dengan perbuatan yang tidak baik, sama saja kita tak jauh berbeda dengan mereka Apabila mereka jahat kita, maka balaslah dengan beribu-ribu kebaikan. Apabila mereka pemarah, maka balaslah dengan lemah lembut dan kesabaran. Hanya dengan cara itu, kita bisa hidup damai dan bahagia. 

Dhamma yang diajarkan Buddha mengajarkan pentingnya hal itu. Meskipun orang lain membenci kita, jangan sampai kita membenci balik kepadanya. Tetaplah memancarkan kebaikan dan mengharapkannya supaya bahagia dengan cara yang benar. Kita harus paham, bahwa keinginan mendasar bagi setiap manusia adalah ingin hidup bahagia. Setelah mengetahui bahwa apa yang dilakukan orang lain pada kita itu ternyata tidak membuat kita nyaman dan bahagia, justru membuat kita menderita, maka sudah semestinya kita tidak melakukan hal serupa kepada orang lain. Buddha mengatakan bahwa sungguh bahagia kita hidup tanpa  membenci di antara orang-orang yang membenci kepada kita (Susukhaṃ vata jīvāma, verinesu averino, verinesu manussesu, viharāma averino. Dhp. 197). 

Meskipun orang-orang dipenuhi kebencian, kita akan tetap bahagia bila kita tidak ikut-ikutan membenci. Hati kita menjadi tenteram dan merasa aman sebab kita merasa tidak mencari musuh. Meskipun di luar sana ada banyak orang yang tak suka kepada kita, kalau kita tidak memberikan tanggapan negatif, tidak berkata kasar kepada mereka, tetap senantiasa baik kepada mereka, lama kelamaan mereka akan lelah sendiri dengan perbuatannya. Mereka akan sadar bahwa mereka telah salah memperlakukan kita. Dengan begitu permasalahan selesai. Kita semua hidup bahagia dan damai dengan tanpa membenci dan menyimpan dendam satu sama lain. Kita saling menghargai dan mengerti karakter orang-orang yang berbeda. 

No comments:

Post a Comment